30 November 2010

Saya sendirian. So? (part. 2)

Kita lanjutkan posting yang kemarin sempat tertunda. Hehe (harap maklum)

Masih ingat percakapan Tukiman dan Paijo, serta ucapan Nunung to? Nah, dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwasanya seorang sahabat atau teman tidak menolak permintaan yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri tersebut atas dasar rasa setia kawan dan atau sungkan.

Nah dalam posting ini, tergugah keinginan saya untuk memotivasi orang-orang yang tidak bisa hidup mandiri :D #sotoy bener

Mandiri yang saya maksudkan di sini ialah -->

29 November 2010

Saya sendirian. So? (part. 1)

Sial! Malam ini saya ndak bisa tidur. Entah karena minum kopi tadi, atau karena kepikiran posting yang akan saya jabarkan kali ini. Atau, jangan-jangan gara-gara kelaparan karena sekarang menunjukkan pukul 00.42 dan saya sedang ngemil mie sedap rasa kari ayam tanpa direbus. Hehe. Jangan ditiru kelakuan buruk ini, jika Anda tidak ingin gendut! (sebenarnya saya juga ndak ingin tambah gendut. Kepepet ini ndak ada cemilan lain #ngeles #tanggal tua)

Dalam keadaan sepi, pagi buta, gerimis, dan ditemani suara penyiar radio stasiun rakosa radio, saya akan menguraikan pikiran yang hampir tak bisa membuat saya tidur. (gak penting banget deh)

Terinspirasi dari artikel di detik.com tentang #lupa (intinya ngapain takut atau malu makan sendiri di tempat makan?), mengingatkan saya kepada seseorang yang familiar sekali mukanya. Dia ini ke mana-mana sendirian mirip orang ilang. Sebut saja dia Suntea, dan ini merupakan nama sebenarnya. #curcol. Ya, sebenarnya, tak lain, dan tak bukan, adalah diri saya sendiri. #narsis

27 November 2010

Filosofi BERCINTA/ORGASME dalam MENULIS #khusus 17+

Jika Anda, para pembaca sekalian, menginginkan hal yang porno di sini maka Anda tidak akan mendapatkannya. #ketawa setan

Seperti yang pernah saya singgung di twitter, tentang filosofi bercinta/orgasme untuk penulis , kali ini (mumpung lagi musim ujan. Hah, apa hubungannya?) akan saya bahas. #gunting pita merah

Menulis merupakan pekerjaan menuangkan atau melahirkan suatu pikiran dan kemudian diterangkan dalam bentuk tulisan. Penulis adalah orang yang menulis, yakni yang melahirkan suatu pikiran dan kemudian diterangkan dalam bentuk tulisan (jadi, semua orang yang menulis disebut sebagai penulis) #applause.

Sebagai seorang penulis yang harus produktif (baca: mahasiswa pun bisa dimasukkan dalam golongan penulis karena suka mengarang tugasnya), penulis diharapkan selalu memiliki ide-ide cerita untuk dituangkan dalam bentuk naskah. Proses menulis ini dapat dianalogikan dengan bercinta/orgasme. Apakah bisa? Check it out (baca: CEKIDOOOTTT!!!).

26 November 2010

KEARIFAN LOKAL: TENGGANG RASA MASYARAKAT DESA

Rasa kepedulian di daerah pedesaan memang sangat tinggi. Berbeda dengan masyarakat kota yang kebanyakan lebih mementingkan kehidupan pribadinya dari pada kehidupan para tetangganya. Kehidupan desa yang selaras dan harmonis didukung dengan adanya rasa kekeluargaan di setiap masyarakatnya. Hal ini terwujud dalam prosesi setelah adanya kematian (yang meninggal muslim).

Adanya kematian dalam masyarakat desa menjadi ajang rasa kekeluargaan dan tenggang rasa yang sangat tinggi. Selama tujuh hari, penduduk dalam suatu desa akan berbondong-bondong menyatakan bela sungkawa dan duka cita (ta’jiyah) dengan membawa bahan makanan pokok atau uang. Kebiasaan ini sudah terjadi secara turun-temurun dan menjadi konvensi tersendiri dalam suatu kelompok masyarakat. Sehingga, konvensi ini telah menjadi kebudayaan yang telah menyatu di dalam sanubari masyarakat tersebut.

19 November 2010

Penggunaan Emotion pada SMS dan Chatting

Perkembangan kecanggihan teknologi dalam penyampaian pesan lewat SMS atau chatting memungkinkan munculnya bahasa baru untuk menyampaikan maksud pesan tersebut salah satunya dengan menggunakan emotion. Pemakaian emotion untuk menyampaikan pesan, dewasa ini semakin marak dan mengglobal di seluruh masyarakat dari seluruh lapisan, sehingga munculnya emotion dalam bahasa penyampaian pesan mempengaruhi pola pikir masyarakat pemakainya.


Gambar Scott E. Fahlman dengan emoticon-nya
Emotion yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘emosi’ merupakan luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; atau keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, dan lain- lain) (KBBI, 1994). Bahasa emosi yang dipergunakan ini berupa simbol- simbol ‘emotion’ yang disebut smileys (berasal dari kata smile yang berarti senyum) atau sering juga disebut sebagai emoticon (berasal dari kata emote ‘emosi’ dan icon ‘ikon/ lambang’). Emoticon adalah simbol, atau kombinasi dari simbol- simbol berbentuk teks tertulis yang disusun dari karakter ASCII. Untuk memahami emoticon ini cara yang digunakan sangat unik yaitu dengan melihat sambil memiringkan kepala sekitar 90 derajat penerima pesan akan bisa menikmati lambang wajah :-).

Cermin

Siapa yang tidak mengenal cermin? Setiap harinya manusia selalu bercermin dengan segala rupa yang melekat pada tubuhnya. Apalagi bagi seorang wanita, cermin bagaikan jati diri yang apabila ditinggalkan akan menjadi suatu malapetaka. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) cermin memiliki banyak makna. Makna yang pertama (merupakan makna leksikal), cermin merupakan kaca bening yang salah satu mukanya dicat dengan air raksa dan sebagainya sehingga dapat memperlihatkan bayangan benda yang ada di depannya, biasanya untuk melihat wajah kita bersolek dan sebagainya. Makna yang kedua (merupakan makna gramatikal), cermin adalah sesuatu yang menjadi teladan atau pelajaran; sesuatu yang membayangkan perasaan (isi hati, keadaan batin, dan sebagainya).

18 November 2010

Novel Kapitan Pedang Panjang (karya Fira Basuki)

Kapitan Pedang Panjang (KPP)
Karya Fira Basuki

Buku Fira yang ke-23, dan termasuk novel karangan Fira yang ke delapan.

Buku ini menceritakan kisah perjalanan sebuah pedang yang memilih takdirnya sendiri. Pedang tersebut telah berkali-kali berpindah tangan, dan orang-orang yang dipilihnya untuk menjaga ataupun hanya untuk menjadi perantara agar tersampaikan kepada si penjaga, bukanlah sembarang orang. Tersebut Lelananging Djagad (Djagad) dan Laras Maharani (Laras) yang menjadi tokoh sentral, yang menjadi perantara, bukanlah orang-orang biasa. Laras merupakan cucu dari Djagad.



Berikut silsilah beberapa tokoh yang terdapat dalam novel KPP.

Pertunjukan Barongsai dan Elemen-elemen Pembangunnya

Kebudayaan sifatnya bermacam-macam, akan tetapi oleh karena semuanya adalah buah adab (keluhuran budi), maka semua kebudayaan selalu bersifat tertib, indah berfaedah, luhur, memberi rasa damai, senang, bahagia, dan sebagainya. Sifat kebudayaan menjadi tanda dan ukuran tentang rendah-tingginya keadaban dari masing-masing bangsa (Dewantara; 1994). Kebudayaan Indonesia beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara (Indonesia).

TIONGHOA ISLAM, LAKSAMANA CHENG HO

Cheng Ho yang nama aslinya Ma He atau dikenal juga dengan sebutan Ma Sanbao adalah seorang keturunan suku Hui yang beragama islam dan hidup dengan keluarganya di bagian K’un yang terletak di ujung baratdaya danau Tien Chih di provinsi Yun-nan. Cheng Ho dilahirkan sekitar tahun 1371, putra kedua dari Ma Hazhi (Haji Ma) dan Wen. Tahun 1382 ketika Cheng Ho berusia 11 tahun Yun-an yang dikuasai Dinasti Yuan direbut oleh Dinasti Ming. Para pemuda ditawan, bahkan dikebiri, lalu dibawa ke Nanjing untuk dijadikan kasim istana. Termasuk juga Cheng Ho yang diabdikan kepada Raja Zhu Di di istana Beiping (sekarang Beijing).

Ma He termasuk orang yang berpendidikan, ia mempelajari seni-perang dan mempunyai disiplin yang tinggi. Tahun 1403, ketika putra mahkota Yen yaitu Chuti (putra keempat Kaisar Hung-wu) menjadi kaisar Ch’eng-tsu, Ma He diangkat menjadi pembantu terdekatnya. Pada tahun 1404 ia mendapatkan perhatian Kaisar sehingga diberikanlah julukan Cheng, dan diangkat sebagai Laksama Besar yang bertugas membawahi para laksamana. Pada suatu ketika Raja Yen berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dan naik tahta di Kekaisaran Ming dengan menggunakan gelar Zhu Di.