27 April 2013

Cek Kadar Yodium Garam: 30--80 ppm (SNI)

CV. Dua Roda Transportation
Orang pecinta kuliner macam saya, tak bisa jauh-jauh dari yang namanya garam. Ditambah lagi daerah saya yang memang merupakan daerah pesisir pantai utara dengan mata pencaharian utama penduduknya nelayan/petani garam. Dan juga, rumah saya dekat sekali dengan pabrik garam.

Berhubung Ibu harus istirahat total, jadinya saya ikut ngerusuh di salah satu pabrik garam di desa Agung Mulyo, Juwana yaitu CV. Dua Roda. Karena saya baru di sini, saya pun harus banyak belajar, belajar, dan belajar. Salah satunya adalah cek kadar yodium dalam garam yang sudah siap edar.

Jujur, saya orangnya pelupa (ngaku), jadi saya mencatat cara kerja cairan-cairan tester ini ke dalam notes. Kenapa memindahkannya ke sini? Takut nanti lupa naruh notes, terus gak bisa ngapa-ngapain :D *alasan

Awal posting, saya mulai dari sini :p

Almari penyimpan
Beberapa bulan yang lalu, pemerintah mulai menggencarkan kembali garam dengan kadar yodium berSNI yaitu 30--80 ppm. Razia dikerahkan langsung ke pabrik-pabrik garam untuk dicek kadar yodium dalam garamnya. Sempat ada penyegelan beberapa pabrik karena kadar yodium garam siap edarnya kurang dari standar yang telah ditentukan.

timbangan, suntikan,
penumbuk, gelas ukur
Sebagai seorang yang baru dalam dunia pergaraman, saya pun hanya bisa melongo dengan pemerintah dan juga pengusaha garam. Oke, saya hanya sebagai warga Indonesia di sini. Saya tidak ingin membela siapa-siapa. Pemerintah menginginkan garam yang akan beredar mengandung yodium 30--80 ppm. Pun pengusaha garam juga ingin memenuhi SNI tersebut dengan menggunakan yodium sesuai dengan SNI. Akan tetapi, harga pasar yodium masih mahal. Hal ini berdampak pada harga jual garam yang harus dinaikkan untuk pemenuhan tersebut. Akan tetapi, ada kendala di sini. Tak sedikit pengusaha-pengusaha nakal yang menurunkan harga garam di pasaran lantaran yodium yang mereka gunakan di bawah SNI tapi berlabel SNI. Jadi, gimana ini pemerintah, tolong bantuannya :3

Oke kembali ke topik.

aquades  dan gelas ukur
Tak banyak dari pengusahan yodium yang mahfum dengan cara kerja pengecekan yodium dengan menggunakan alat sederhana yang diberikan oleh pemerintah. Pun kami, baru mengerti alat kerja ini setelah mengikuti seminar dan workshop yang diberikan oleh pemerintah di Salatiga beberapa tahun silam. Padahal peralatan ini sudah diberikan semenjak kami mendapat surat izin dari dinas perizinan.

Langsung aja dah!

Siapkan alat!
1. Timbangan tentu saja beserta bandulnya
2. Penumbuk/penghalus garam
3. Suntikan
bandul
4. Tabung reaksi
5. Gelas ukur

Siapkan bahan!
1. 25 gram garam beryodium yang sudah matang, haluskan
2. Aquades 100 ml
3. Regen A (Asam Phosfat)
4. Regen B (Indikator)
5. Larutan standar

Cara kerja:
1. Garam yang sudah dihaluskan di masukkan ke dalam tabung reaksi
2. Tuang aquades ke dalam tabung reaksi bercampur dengan garam beryodium yang sebelumnya sudah dimasukkan
3. Campur hingga garam larut
4. Teteskan regen A sebanyak 5 tetes ke dalam larutan di atas, campurkan sebentar
5. Teteskan regen B sebanyak 5 tetes ke dalam larutan di atas, campurkan sebentar (larutan akan berwarna kuning/biru tua)
6. Campurkan larutan standar ke dalam larutan, dan ukur berapa larutan yang dibutuhkan untuk menetralkan warna larutan tersebut.
7. Kalikan hasil ml larutan standa dengan 7,27
8. Hasil kali tersebut adalah kandungan yodium dalam garam beryodium tersebut.

Pengecekan dengan cara ini tentu saja belum valid karena akan lebih valid lagi dengan menggunakan peralatan laboratorium yang lebih canggih :)

Selamat mengecek kadar yodium dalam garam Anda :D

Nah, dibaca sendiri aja daftar isinya 
Regen A
Regen B




Larutan standar



14 April 2013

(Salah) Persepsi: Baik!


Dulu saya pernah membuat posting tentang Memberikan Kesan yang Baik Kepada Orang Lain. Ternyata hal ini berlaku atas persepsi kita sendiri bukan? Bahwa (sesuatu) hal ini baik menurut saya. Menurut saya, saya sudah memberikan kesan yang baik untuk orang lain. Tapi apakah orang lain tersebut menganggap kesan yang kita buat merupakan hal yang baik? Ternyata belum tentu. Orang lain belum tentu berpersepsi sama dengan kita. Bahkan terkadang menganggap hal yang kita lakukan ternyata buruk/salah di mata orang lain. Lantas saya harus bagaimana? Saya juga tidak tahu *lhohh? :D

Jujur saya bingung. Ternyata apa yang saya lakukan salah di mata mereka, padahal benar menurut saya. Apakah saya terlalu egois? Mungkin. Saya egois karena saya menganggap hal itu baik. Saya sudah dan masih mencari di mana letak keegoisan saya, menurut mereka tentunya. Apa yang harus saya ubah dari sikap saya yang menurut saya baik?

Kembali saya mengorek diri saya. Menyetel ulang memori, apa yang sudah saya perbuat kemarin? Saya akui memang ada beberapa yang agak lebay. Saya tahu. Tapi ternyata mereka (yang lain) terhibur dengan kelebay-an saya. Saya senang. Saya senang bisa membuat orang lain senang. Tapi ya itu, ternyata ada yang tidak menyenanginya :D

Berhubung saya sudah buntu, akhirnya saya tanya. Saya tanya kepada mereka di mana letak ke-aku-an saya. Sayangnya mereka bungkam. Mereka membiarkan saya menekuri sikap/pribadi saya sendiri. Mungkin mereka menganggap saya sudah dewasa sehingga saya harus mencarinya sendiri? Sayangnya, saya tidak dewasa dalam hal ini. Bahkan, saya berkali-kali mengatakan bahwa kritik dan saran pedas sekalipun akan saya terima dengan lapang dada. Justru saya berterima kasih karena telah diingatkan sehingga saya dapat memperbaiki sikap saya.

Apakah ini ada ujungnya? Saya tidak tahu. Apakah saya egois? Saya jawab, iya, saya egois. Bahkan di semua tulisan saya dalam blog ini, saya egois. Semua atas dasar pemikiran saya (meski mungkin terinspirasi dari orang lain--terima kasih). Apakah saya sedih? Iya, saya sedih. Saya sedih karena saya belum menemukan yang terbaik menurut mereka. Dan saya sedih karena mereka bungkam tak mengingatkan saya, padahal mereka tahu apa yang harus mereka perbuat. Iya kalau saya segera sadar, kalau ternyata tidak. Apakah tidak mungkin nantinya mereka akan membenci saya?

No body's is perfect, perfect only belongs to Allah :-)

10 April 2013

Kenali TB (Tuberculosis) MDR (Multi Drug Resistanse) Sejak Dini!

Update: kuposting lagi cerita ini, setelah sekian lama kusimpan di draft. Ini cerita tentang penyakit Ibuku. Beliau berpulang di tahun 2017.
.
.
Akhirnya bisa posting di blog. Sudah lama ya. Bulan kemarin pun saya tidak posting sama sekali. Aih kangennya nulis blog :3

Kemarin saya memang agak sibuk. Bukannya mau buka rahasia keluarga, tapi ini kenyataan. Toh ngapain ditutup-tutupin. Ini sudah bukan rahasia umum lagi. Justru dapat dijadikan pelajaran.

Oke! Saya baru pulang dari Solo, tepatnya dari RS. Moewardi. Ngapain? Pindah tidur. Hehehe…

Ibu saya habis dirawat dan opname di sana. Sakitnya TB (Tuberculosis). TB lanjut, biasa disebut TB MDR (Multi Drug Resistanse) atau biasa lebih mudahnya TB resistensi obat  atau lebih mudahnya lagi TB kebal obat. Yang dimaksud kebal obat di sini ialah kebal obat untuk pngobatan yang pertama.

Saya cerita dulu dari pengobatan pertama. Pengobatan pertama ini biasanya suntik selama dua bulan dan dibarengi obat kapsul selama 6 bulan. Ibu saya sudah melakukan pengobatan ini. Setelah pengobatn ini pun sudah dinyatakan negative oleh lab dan disetujui oleh dokter. Hingga beberapa bulan kemudian ibu mulai batuk kembali, dan kami coba untuk lab dahak. Hasilnya positif (bakteri TB)./ Kemudian kami dirujuk ke Solo untuk hasil cek lab karena dicurigai positif TB MDR. Kenapa di solo? Karena di pulau Jawa baru ada di Jakarta, Surabaya, dan Solo. Proyek inipun merupakan donate dari US AID (United States Agency International Development) dan diresmikan di Solo pada tanggal 1 April 2011. Jadi semua pembiayaan opname dan lain-lain untuk TB MDR gratis tis tis tis.

Berhubung hasilnya positif, Ibu harus dirawat di sana. Inipun ternyata antri. Di ruang isolasi tersebut baru ada 6 kasur, untuk 6 pasien. Tempatnya hanya disekat oleh kain. Setelah menunggu sekitar 3 bulan, Ibu akhirnya dipanggil dan melakukan perawatan intensif di ruang isolasi TB MDR tersebut.

Kami sampai di Solo, tanggal 22 Maret 2013, dan langsung mondok. Kebetulan saya yang kebagian menunggui Ibu. Jadi dari awal masuk sampai keluar RS, hari ini tanggal 9 April 2013, saya yang bertanggung jawab menjaga Ibu.

Oke, gak perlu berpanjang lebar ya.
tersangka :v

Masuk ke pengobatan selama di ruang isolasi TB MDR. Selama di ruangan, semua pasien, pegawai, penunggu, penjenguk diharapkan memakai masker. Tidurpun saya harus memakai masker sampai-sampai hidung saya tambah mancung ke dalam :D *gak ding gak sampe mancung ke dalam kok hehe. Sebelum pengobatan pun pasien menjalani beberapa cek dan tes. Seperti detak jantung, THT, darah, dahak, kadar gula, berat badan (BB), tinggi badan (TB), rongsen *ini gimana tulisannya ya, dll. Kenapa perlu dicek, karena ternyata efek dari obat yang ditimbulkan sangat beragam. Juga untuk menentukan jumlah obat yang akan diberikan kepada pasien. Ibu saya kebagian 20 obat tiap hari + suntik.

Pengobatan kedua ini akan berlangsung selama 2 tahun tidak putus, yaitu 6 bulan obat kapsul + suntik, sisanya 1,5 hanya obat kapsul saja.

Keluarga sangat dibutuhkan sekali dalam penyembuhan ini. Karena ternyata ini tidak mudah. Selain TB yang merupakan penyakit menular dan efek samping yang beragam, minum obat tiap hari selama 2 tahun penuh itu tidaklah mudah. Apalagi untuk Ibu, 20 butir obat tiap hari. Semangat mom :*

Kenali gejala TB sejak dini karena penyakit ini ada di sekitar Anda. Selalu jaga kesehatan dan senantiasa terapkan pola hidup sehat. Semoga sukses! :)
.
.

02 April 2013

Pelangi Selepas Senja

Percakapanku dengan Surya, selepas hujan sore itu. 

"Surya, kenapa pelangi tak sll muncul selepas hujan. Bukankah itu tak adil krn dia tak ada di setiap usai hujan?" tanyaku menerawang langit yang masih menghitam meski hujan sdh mereda. Surya tetap tak menyahut. Aku masih sibuk memperhatikan langit. Mencoba mencari pelangi di sela2 awan hitam yang mulai kelabu. 

Seperti mengulang kembali pertanyaanku, aku bertanya pada diri sendiri. 

"Apakah karena belum tentu semua kejadian akan berakhir indah, Surya?" 

"Seperti selepas hujan yang belum tentu akan disambut mesra oleh pelangi?" 

Aku terpejam. Mencoba mensyukuri sgl hal yg terjadi. Tanpa kusadari, awan yg kelabu mulai putih dihiasi warna keemasan. Juga 
warna-warna lain yang sering kusebut pelangi. 

Perlahan kubuka mata. Sekarang aku mengerti Surya. Terima kasih Surya atas warna2 indah yg kau ciptakan. Terima kasih, Tuhan :) 

Solo, 1 April 2013