18 February 2024

Sinopsis Drakor Welcome To Samdal Ri Episode 1

Cerita berawal dari kisah pertemanan antara Cho Yong Pil (diperankan oleh Ji Chang Wook) dan Cho Sam Dal (diperankan oleh Shin Hae Sun) sedari kecil--bahkan dari bayi, karena mereka lahir bersamaan. Mereka adalah penduduk Pulau Jeju. Di episode pertama, langsung bercerita ketika mereka sudah dewasa. Mereka sempat pacaran dan akhirnya putus.

Cerita perjalanan cinta mereka dibungkus dengan genre komedi. Pecinta drama komedi romantis, wajib nonton ini sih. Lanjut, Samdal mengejar impiannya menjadi fotografer handal di Seoul, sedangkan Yong Pil masih bertahan di Jeju bekerja sebagai PNS di pusat cuaca pulau Jeju.

Yang kocak nih, doi ini sangat sangat hapal di luar kepala tentang cuaca di Jeju dan tidak percaya dengan hasil analisa data ilmiah. Jadi, saking ngeyelnya, doi sering berantem sama pimpinan dan sering pula menyanggah dengan teriakannya ketika meeting video dengan komisaris pusat.

Yang masih jadi pertanyaan, Yong Pil ini sudah dapat panggilan untuk pindah ke kantor pusat di Seoul, dengan gaji dan kedudukan yang lebih tinggi tentunya. Tapi doi tetep gak mau. Kira-kira kenapa ya?

Ganti ceritain si Sam Dal, ya. Oke, di Seoul Samdal sudah mendapatkan popularitas sebagai fotografer handal. Ia dikenal dengan nama Cho Eun Hye. Ia tinggal di Seoul bersama 2 saudaranya dan 1 ponakan--orangtuanya menetap di Jeju. 

Sam Dal  memiliki pribadi yang optimis dan yakin bahwa dirinya adalah yang terbaik. Hingga akhirnya dia dikhianati oleh asisten yang bekerja dengannya. Mulai dari pacarnya yang dirayu hingga mau selingkuh dengan asisten itu; sampai saking irinya, si asisten bunuh diri di gedung yang rencananya akan dijadikan tempat pameran Sam Dal. Tapi asistennya ini gak meninggal gaes, doi masih selamat dan dirawat di RS.

Nah, berita yang beredar bener-bener nyalahin Sam Dal. Yang katanya asistennya sering kena bully lah, diperintah seenaknya lah, pokoknya yang jelek-jelek. Hingga akhirnya, seluruh artis yang sudah membuat kontrak kerja sama pameran dengan Sam Dal membatalkan kontraknya. Dan, pameran gagal diadakan.

Saking stressnya karena diuber-uber sama wartawan, 3 bersaudara ini akhirnya pulang kampung ke pulau Jeju. Tetiba mereka sudah berada di depan rumah orang tuanya. Orang tuanya yang baru pulang dari pantai pun shock.

Bersambung yaa.... Unch, kasian ya Sam Dal. Apakah di episode selanjutnya akan terkuak siapa yang salah antara Sam Dal dan asistennya?

Lalu, apakah Yong Pil menerima undangan untuk bekerja di pusat? Apa alasannya sampai doi gak mau berangkat ke Seoul?

Dan, mengapa tiba-tiba Sam Dal dan kedua saudaranya memutuskan kembali ke Jeju, padahal doi dari dulu bersikeras untuk tidak kembali ke pulau Jeju?

Okelah! Cukup sampai di sini dulu ya. Nantikan sinopsis episode keduanya.

Terima kasih sudah mau membaca tulisan ini.

Jangan lupa komentar positif untuk tulisan ini maupun untuk aku, biar aku makin semangat menulis blog. Sehat dan bahagia selalu yaaaa ❤

.

.

.

19 November 2023

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Kalian tentu pernah mengalami ini: ketemu temen yang sudah lama gak pernah jumpa, bahkan setelah 20 tahun.

Gimana perasaan kalian? Harusnya seneng dan bahagia yaaa. Terus peluk-pelukan, cipika-cipiki, yaaa minimal tanya kabar. Tapi ini gak berlaku buatku kemarin. Bukan kemarin sih, tepatnya satu setengah tahun yang lalu.

Kok bisa?
Yaaa, kenyataannya bisa. Hahahah.
Kamu pasti orangnya sombong ya?
Enggak yaaa, yakin. Aku sudah pengin banget nyapa dan nanya kabar satu setengah tahun yang lalu. Tapi apalah daya... rasa maluku mengalahkan logikaku.

https://imgcdn.solopos.com/@space/2023/07/Pameran-Seni-TKMTS-di-Lokananta-2.jpg
Makanya baca dulu ceritanya ya.

Satu setengah tahun yang lalu.
Aku bertemu dia pertama kali ketika aku mengantarkan mba Shanum sekolah TK A. Jadi, gak sengaja ketemu pas nganter anak sekolah gitulah gampangnya. Tapi aku ataupun dia gak langsung saling sapa. Entah mungkin karena mau memastikan lagi apakah itu memang aku temennya, atau gimana aku gak tau.

Sedangkan aku? Aku sangat ingat dia teman sekelasku waktu kelas 2 SMP. Ya, aku ingat sekali wajahnya walapun sekarang dia pake jilbab. Tapi, yang jadi masalahnya adalah aku terlalu malu untuk mengakui bahwa aku hanya ingat julukannya, bukan namanya T.T dan aku juga beranggapan, "iya kalau dia inget aku, kalau enggak?"

Kan parah banget yak. Udah gak tahu namanya, cuman tau nama julukannya, dan itu bukan julukan yang bagus :( Ada yang pernah dalam posisi seperti ini? Coba sharing cerita di komentar :) buat pelajaran kita selanjutnya.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, setiap kami gak sengaja ketemu pas jemput anak sekolah, pasti kami cuma saling lihat-lihatan gak berani saling sapa. Unik sih ini hahaha. Hingga sampai pada akhirnya, kemarin itu, pas aku melewatinya karena anak-anak sudah keluar kelas, dia nyapa aku dong T.T aaaaaaakkkk pengin nangis. Terharu akutuuuuu.

"Eh, dirimu temeku waktu SMP dulu kan, Santi bukan?"
Dengan terharu aku merangkul pundaknya sebagai permintaan maaf juga, sebab aku melupakan namanya :(
"Ho'o. Ya Allah, akutu inget kamu, cuman aku lupa namamu, cuman inget julukanmu aja. dulu kan kamu seringnya dipanggil itu, jadinya itu yang diinget. Maaf yaaa huhuhuhu."
Yakin pas ini, aku beneran yang terharu banget karena dia sudah menyapaku duluan.
"Ya, wis. Yoo kenalan lagi"
Kemudian kami berjabat tangan, dengan dia memberitahukan namanya.

Dan akhirnya setelah satu setengah tahun, aku mengingat kembali namanya. PLONG banget gak sih rasanya.

Alhamdulillah, hilang sudah rasa bersalahku sebab hanya mengingat julukannya, sehingga aku tidak berani menyapanya. Dan, obrolan kami berlanjut hingga sekarang. Ketika kami saling berpapasan ketika menjemput anak-anak, kami sudah tidak diem-dieman lagi. Kami sudah bisa saling bertegur sapa maupun terlibat obrolan singkat.

Walupun sampai saat ini aku belum berani bertukar nomor ponsel, tak apa. Yang penting kami sudah saling sambung silaturahmi. Benar kata pepatah, TAK KENAL MAKA TAK SAYANG. Dan cerita ini telah mendeskripsikan itu.

Bahkan mengenai pepatah itu, aku pernah membatahnya di postingan bertahun-tahun yang lalu DI SINI ketika aku mengenal seorang perempuan satu daerah kos, satu fakultas, dan sering ketemu pas jalan kaki. Dia tidak tahu namaku, pun aku juga tidak tahu namanya, tapi kami sering saling sapa. Di baca aja sendiri yaaaa >>> Tak kenal (bukan berarti) tak sayang.

Okelah! Cukup sampai di sini dulu ya.

Terima kasih sudah mau membaca tulisan ini.
Jangan lupa komentar positif untuk tulisan ini maupun untuk aku, biar aku makin semangat menulis blog. Sehat dan bahagia selalu yaaaa ❤
.
.
.

19 October 2023

Menikah Bukan Perkara Sah

Ngomongin nikah bakalan gak ada habisnya. Iya gak sih? Walaupun usia pernikahanku baru 10 tahun, tidak menjamin semua yang sudah terjadi berjalan mulus sesuai keinginanku ataupun keinginan suami; keinginan kami. Banyak hal yang terjadi terkadang di luar kendali. Sebab sebaik-baiknya rencana kami, (pasti) lebih baik rencana Tuhan untuk kami.

Tulisan ini kupersembahkan untuk kamu yang mungkin saat ini sedang dilanda pertanyaan "kapan nikah?" atau kamu yang sedang galau karena umur sekian belum ada pasangan, atau bahkan kamu yang sekarang sedang menunggu pujaan hati untuk melamar/menikah denganmu.

Sabar ya, menikah bukan perkara sah. Abaikan saja perkataan orang-orang yang mungkin menyudutkanmu. Abaikan saja prasangka meraka tentang pilihan hidupmu. Abaikan saja!

Ya, sebab hanya akan ada dirimu dan pasanganmu yang akan menjalani hidup bersama, bukan orang lain itu. 

Setuju ya? 😄

https://img.lovepik.com/photo/45009/0032.jpg_wh860.jpg
Dirimu adalah kepunyaanmu. Jika ada yang berpikiran bahwa dengan menikah semuanya menjadi halal dan barokah, ya... iyaaa, memang benar. Tapi prosesnya itu lhoooo, hehehe. Ada step by step yang harus dilalui untuk pernikahan itu bisa berbuah manis.

Gak! Di sini aku gak akan cerita mengenai step by step itu. Aku cuma mau ngasih support ke kamu, bahwa pilihan kamu saat ini untuk menunda pernikahan adalah sudah tepat. Jika kamu belum siap, jika kamu belum menemukan tujuan yang jelas atas hubunganmu dengan calon pasanganmu, maka jedalah sejenak. Sendiri aja dulu. Coba introspeksi diri dulu, dan tanyakan ini pada dirimu;

Apa sih yang aku inginkan dalam hidup ini?
Benarkah keputusanku atas pernikahan ini?
Sudah siapkah aku berbagi dan hidup berdampingan selamanya dengannya?
Bisakah aku menurunkan egoku dan berdamai dengan egonya ketika kami tak seirama?
Apakah aku menerima semua yang melekat padanya, kelebihan dan kekurangannya?

Dan meskipun ini pertanyaan yang kesekian, tapi ini juga penting;

Bagaimana dengan keluarganya? Apakah aku diterima di keluarganya?

Benar adanya jika hanya akan ada kamu dan pasangan ketika telah menikah. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga seperti orang tua, kakak, adik, tetap akan menjadi lingkungan terdekat yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kok pertanyaannya banyak? Iya banyak banget, bahkan itu bisa lebih banyak jika memang kamu belum yakin dengan pilihanmu. Karena jika kamu sudah ridho dengan pilihanmu saat ini, makan pertanyaan-pertanyaan di atas tidak akan muncul dan mengganggu pikiran dan kehidupannmu.

Pengalaman ya? :D yaaa, tipis-tipis xixixi.

Karena kujuga pernah mengalami masa ini. Masa-masa bimbang menuju hari H pernikahan. Alhamdulillah, semua berjalan dengan berliku-liku dan sudah terlewati 10 tahun.

Gak papa kuulangi lagi, yaa. Menikah bukan perkara sah. Dan tulisan ini adalah bentuk support aku untuk kamu. Karena tidak semua hal bisa kamu ceritakan ke orang lain, bahkan support system terdekatmu, maka kutulis sedikit pengalaman yang pernah kualami ini untuk kamu. Bukan untuk membuat kamu lebih bimbang, bukan yaa, tapi untuk membuatmu membulatkan lagi tekadmu untuk menikah.

Enak lho, menikah.
Bisa punya teman ngobrol 24 jam.
Bisa punya besti yang siap mendengarkan keluh kesahmu apapun itu.
Bisa punya anak juga xixixixi.
Bisa punya lebih banyak kenalan.
Dan yang pasti kamu punya belahan jiwa 👫

Okelah! Cukup sampai di sini dulu ya.

Terima kasih sudah mau membaca tulisan yang amburadul ini.
Jangan lupa komentar positif untuk tulisan ini maupun untuk aku, biar aku lebih semangat menulis blog ❤ 
.
.
.

07 October 2023

Menjadi Orangtua Baru: Gangguan Kesehatan Mental Ibu

Selamat ya, untuk kamu yang sedang membaca ini, kamu telah menjadi orangtua--menjadi Ayah dan Ibu. Tentu saja tanggung jawabmu juga akan bertambah. Bukan hanya Ibu, tapi juga Ayah. Meski Ibu mempunyai lebih banyak waktu bersama anak, namun tetap saja tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anak adalah tanggung jawab bersama--ayah dan ibu. Betul ya, buibu?

baru anak 1 :D
Jangan kaget ya, ayah/ibu! Semua orang tua "baru" mengalami hal ini. Asalkan ayah/ibu bergelimang syukur dan ikhlas, semua akan baik-baik saja 😊

Memiliki anak yang baru lahir--bayi memang merepotkan ya ayah/ibu. Tidak sedikit ibu yang sehabis melahirkan mengalami baby blues ataupun juga depresi post partum. Yang keduanya sama-sama merupakan gangguan kesehatan mental ibu selepas melahirkan. Jangan sampai lengah ya, Ayah. Terkadang Ibu yang mengalami baby blues maupun depresi post partum tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan ini.

Kalau aku ditanya, pernah mengalami hal ini? Oh... pernah dong 😁 dan ini terjadi ketika aku lahiran anak pertama. Padahal waktu itu aku masih serumah dengan orang tuaku, harusnya kan seneng ya karena dibantu ibu sendiri. Tapi ya itu, banyak hal yang menyebabkan naik turunnya mental aku atau ibu-ibu yang lain pasca melahirkan. Bahkan terkadang sebabnya tidak terduga. Sensitifnya ibu pasca melahirkan bisa sama bahkan lebih parah dari sensitifnya ibu ketika PMS.

Dari artikel yang aku baca, ada beberapa hal yang memengaruhi kesehatan mental ibu pasca melahirkan;

Yang pertama, psikologis.
Psikologis dari sang ibu ya. Bisa jadi ibu mempunyai riwayat depresi atau kecemasan; ibu memiliki sindrom PMS, karena pasca melahirkan ibu mengalami masa nifas ya; sikap negatif terhadap bayi--hal ini bisa terjadi ketika mungkin bayi tersebut (mohon maaf) tidak diinginkan; hingga riwayat pelecehan seksual; dan yang terakhir penolakan (sikap tidak terima) dengan jenis kelamin bayi yang ibu lahirkan.

ilustrasi prolaps tali pusat
Yang kedua, faktor risiko ketika hamil maupun melahirkan.
Kehamilan yang berisiko tentu saja sangat memengaruhi kesehatan mental ibu. Hal ini meliputi operasi caesar yang tidak terencana, sehingga menyebabkan rawat inap; keluarnya mekonium (feses/pup pertama bayi yang keluar di dalam kantung ketuban--yang normalnya dikeluarkan bayi ketika bayi sudah lahir; prolaps tali pusat (kondisi dimana tali pusat bayi turun melewati janin sehingga menutupi jalan lahir--hal ini dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen); bayi lahir prematur dan atau berat badan rendah; kadar hemoglobin ibu yang rendah.

Yang ketiga, faktor sosial.
Dalam masa kehamilan, selain penyesuaian hormon yang menyebabkan naik turunnya emosi ibu, kurangnya dukungan lingkungan di sekitar ibu juga dapat memengaruhi kesehatan mental ibu. Kekerasan dalam rumah tangga seperti kekerasan seksual maupun fisik pada pasangan juga termasuk dalam faktor sosial. Hal lain yang termasuk juga dalam kekerasan adalah kekerasan verbal, yaaa mirip-mirip sama komentar deterjen, eh netizen hihihi.

Yang keempat, faktor gaya hidup.
Gaya hidup menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai cara seseorang untuk mengekspresikan diri melalui aktivitas, minat, dan opini, khususnya yang berkaitan dengan citra diri.  Masih dalam artikel yang aku baca, juga sesuai dengan arti di atas; kebiasaan makan, siklus tidur, gaya hidup ibu--seperti aktivitas fisik dan olahraga,selama sebelum menjalani persalinan hingga pasca melahirkan sangat memengaruhi kesehatan mental seorang ibu.

Dari keempat faktor di atas, dapak kusimpulkan kalau semuanya yang berhubungan dengan ibu dan lingkungannya sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental ibu. Maka dari itu, akan sangat baik jika ibu dan lingkungan di sekitarnya sangat mendukung dan memberi semangat kepada ibu agar ibu tetap "waras".

Saran nih, buat Ayah. Tolong, selalu dampingi ibu dan memperhatikannya. Sebab, terkadang ibu bahkan tidak menyadari dirinya sendiri ketika ia sedang mengalami gangguan kesehatan mental. Contohnya, ibu sering melamun, membentak bayi, tiba-tiba menangis, tidak mau memegang bayinya, bahkan ada yang lebih fatal, seorang ibu bisa (maaf) membunuh bayinya sendiri, dan lain sebagainya.

Harus siaga ya, Ayah! Gak cuma pas hamil aja yang butuh siaga, tapi juga pasca melahirkan. Tahu kan ya, sloga suami SIAGA >> siap antar dan jaga :D  tapi kalau pasca melahirkan mah, siap momong anak dan jaga :) betul ya buibu.... hihihi.

Hayuk bu, yah. Kuncinya selalu menciptakan suasana yang harmonis dan bahagia. Iya, aku tahu, kadang kenyataan tidak sejalan dengan apa yang kita harapkan. Tapi tetaplah tenang dan sabar, roda itu berputar dan sehabis hujan muncullah pelangi. Harus yakin ya ibu/ayah. Gak usah dengerin omongan orangtua/tetangga/saudara ketika mereka berkomentar negatif. Toh, kita yang ngurus dan biayain anak kita, bukan mereka hehehe. Pokoke ibu dan ayah harus kompak yaaa ❤

Wis, ya. Kusudah bingung mau ngetik apalagi. Sebenarnya masih banyak yang mau aku ceritain, tapi untuk cerita di postingan lain saja yaaa. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk ibu dan ayah yang membacanya, dan untuk aku juga ketika mungkin aku sedang dalam keadaan mental yang turun. Sebab ngurus tiga anak juga butuh semangat dan daya juang yang tinggi ya buibu hahaha.

Okelah, cukup sampai di sini dulu.
Terima kasih yang sudah mau membaca tulisan amburadul ini.
Jangan lupa komentar positif untuk tulisan maupun untuk aku biar aku selalu semangat menulis blog ❤
.
.
.

10 September 2023

Jangan Siakan Orangtuamu

Pernah gak sih kalian kepikiran tiba-tiba orangtua kalian meninggal? Nggak kan, ya!

Tapi bagaimana kalau itu benar terjadi? Kalian tiba-tiba menjadi yatim atau piatu, bahkan yatim piatu? 😢

............................

Pagi tadi ketika di kamar mandi tetiba nangis sesenggukan keingat ibu sama bapak. Rindu yang entah bagaimana caranya kubisa salurkan kepada mereka kecuali hanya lewat doa. Kok bisa tetiba nangis? Biasa, kadang kalau udah di kamar mandi, dan bilik termenung bawaannya pikiran ke mana-mana :)) entah, kayaknya kamar mandiku ada apa-apanya. Hahaha....

Bapak dan Ibuk waktu wisuda Mas,
dan aku yang sedang ujian tofle

untuk masuk UGM
Sudah dua kali tiap Kamis malam Jum'at kemarin selalu ketemu sama (sebut saja namanya) Eko di tempat pemakaman. Eko masih bersekolah di tingkat menengah kejuruan. Sedangkan Kakaknya kuliah semester akhir di sebuah perguruan tinggi di Semarang. Lalu orangtuanya, sudah tiada. Ya, aku bertemu Eko karena ia sedang berkunjung ke makam kedua orangtuanya, pun begitu juga denganku :(

Sebagai catatan, kalau di sini, tiap malam Jum'at, tempat pemakaman pasti ramai. Banyak keluarga atapun sanak saudara yang masih hidup berkunjung ke makam untuk mendoakan yang sudah tiada.

Sedih, pastinya iya. Kubandingkan Eko denganku yang sudah berusia 30an dengannya yang masih belasan. Aku yang sudah tua ini--yang sudah punya suami serta tiga anak saja masih merasa kosong karena kehilangan orangtua, bagaimana dengannya? Yang hidup di rumah sendirian--karena Kakaknya sepertinya jarang pulang, yang entah bagaimana ia makan tiga kali sehari, yang entah bagaimana ia berkeluh kesah di tiap harinya, yang entah bagaimana caranya ia jika rindu dengan orangtuanya, dan sebagainya. Banyak terlintas di pikiran aku, bagaimana caranya ia menahan itu semua?

Memang harus banyak-banyak bersyukur agar semua yang sudah terlanjur terjadi tak menjadi penyesalan.

Memang harus banyak-banyak melihat ke bawah agar semua yang lebih kurang daripadamu terlihat jelas.

Memang harus banyak-banyak berdoa agar Tuhan memberikan petunjuknya untuk kita dan kita bisa menerimanya dengan lapang dada.

Hai untuk kamu yang saat ini masih dibersamai oleh orang tua, baik-baiklah kepada mereka. Sayangilah mereka. Jenguklah mereka jika tempat tinggal kalian sudah tidak lagi bersama. Atau jika terkendala oleh jarak, sering-seringlah bertukar kabar via telepon atau panggilan video. Teknologi sekarang sudah semakin canggih, jangan jadikan "tidak punya waktu" sebagai alasan. 

Dan,

Untuk kamu yang saat ini sedang berjuang tanpa orangtua, tetap semangat ya! Kamu tidak sendirian. Kamu masih punya Tuhan yang tidak akan pernah bosan mendengar keluh kesahmu. Yang tidak akan pernah bosan melihatmu menangis tersedu-sedu. Yang tidak akan pernah lelah membersamaimu. Jadilah manusia yang kuat. Jadilah penerus orangtuamu, dan buatlah orangtuamu bangga telah melahirkanmu. Boleh kamu menangis, boleh kamu berkeluh kesah, boleh kamu menjadi lemah, tapi sebentar saja yaaa! Kumpulkan kekuatan, dan buktikan pada dunia bahwa kamu bisa. Kamu tidak lemah. Dan, kamu pantang menyerah.

Gak punya orangtua itu gak enak, ya kan? Jadi buatlah dirimu kelak menjadi orangtua yang baik untuk penerusmu.

Love banyak-banyak untuk kamu yang saat ini berada dalam kondisi ini ❤ 

.

.

.

.

21 August 2023

Anak Ke-3 : Elyn

Baru dibuka lagi blognya setelah sekian lama pensiun. Hahaha, lebih pantes cuti sih pilihan katannya. Dan tulisan ini saya bikin di tanggal ini 21 Agustus 2023. Dan yang di bawah ini adalah ketikan entah tahun kapan, karena Elyn pun sekarang sudah usia 3 tahun.


elyn 2 tahun

Akhirnya, update blog lagi. Hahaha

Gak berasa ya, ternyata sudah setahun lagi. Haha, masak ngisi blog setahun sekali... Sungguh terlalu memang.

Dan, selama setahun ini, saya mengandung anak ketiga. "Hamil lagi, Mak?" Iyak. Hehe... Tumben ya, saya gak nyurhat di blog. Tapi beberapa kali posting tulisan panjang kok di IG tapi hehe.

Dan, lagi, bayi yang saya kandung itu juga sudah lahir. Alhamdulillah, seorang perempuan. Sehat. 19 Juni lalu, tepat di tanggal ulang tahun pernikahan kami yang ke-7.

Ia lahir dengan persalinan normal, meskipun harus mendapatkan induksi terlebih dahulu karena bukaan yang lamban dan saya kesakitan, "ya yang namanya melahirkan ada ya yang gak sakit?" kata netijen.

Dengan berat 3,4 kg dan panjang 49 cm, kami namai ia Misha Evelyn Safaraz. Harapan kami kelak akan menjadi perempuan dengan kebahagian/senyum yang kekal dan dihormati.

Elyn yang sekarang sudah 3 tahun, maafin Ibuk yang sok sibuk sehingga Ibuk belum menulis tentang kamu. Dan sekarang lunas yaaa. Sama seperti Mas Ken dan Mbak Shanum yang juga Ibuk tulis di sini, di blog tempat berkumpulnya curhatan Ibuk. Kelak jika suatu saat kalian sudah dewasa dan Ibuk mungkin sudah tiada dan belum sempat bercerita banyak, kalian bisa mampir ke sini ya hehe.

Terima kasih sudah hadir di kehidupan Ibuk dan Ayah. Tanpa kalian, tentu warna yang kami punya tak akan sebanyak ini. Sebab adanya kalian, hidup kami menjadi lebih berwarna.


13 September 2019

(Tanggalnya) Gigi Susu Mas Ken




Dua pekan lalu, akhirnya mas Ken harus ke dokter gigi untuk pertama kalinya. Dari deretan gigi bawahnya, ada 2 giginya yang sudah goyang-goyang. Mulanya cuma satu. Emaknya pikir, "ah nanti lepas sendiri, Nak, kalau digoyang-goyangin terus." Hasilnya, sebelahnya ikutan goyang juga 😌

Dan bukan hanya itu. Ternyata, gigi goyang yang pertama, di belakangnya sudah ada tumbuh gigi baru.

Dan maknya akhirnya bingung sendiri. Padahal baru beberapa hari goyang, dan gigi pertama yang goyangpun masih belum mau lepas.

Berbekal kegalauan hati, sebab gigi sebelah yang ikut-ikutan goyang dan dikhawatirkan tumbuh baru juga, mas Ken segera kami selamatkan ke dokter gigi.

Mulanya mau cabut satu gigi saja yang pertama goyang, tapi dokternya menyarankan sekalian saja cabutnya, dan meyakinkan emaknya bahwa anaknya akan baik-baik saja.

Waktu itu yang mak pikirin cuma satu, "kalau hari ini dicabut satu, dan dia sudah tahu rasanya cabut gigi, jangan-jangan besok dia tidak akan mau lagi dibawa ke dokter gigi!"

Yawislah, akhirnya mak memantapkan hati untuk mencabut dua gigi mas Ken yang bergoyang-goyang berjoget ria.

Muka mas Ken biasa saja waktu dokter mulai mengulik mulutnya. Kok bisa? Iyalah bisa, sebab mas Ken tahunya dia diajak ke dokter gigi bukan untuk mencabut gigi, tapi untuk menyembuhkan giginya yang goyang-goyang. Dan dia tidak tahu kalau caranya adalah dengan dicabut. Mwehehehehehe. Ini namanya strategi mak 😂😂

Setelah memberikan kapas dingin (yang tidak tahu telah dicampur apa oleh dokter), dokter mulai mecabut giginya satu demi satu.

Mau tahu reaksi mas ken?
"Lho, bue kok loru!" (Lho, bue kok sakit)
Dan dengan muka polos dia meraba bekas cabutan giginya yang ompong dan masih mengeluarkan darah.
"Lho, kok ono getihe!" (Lho, kok ada darahnya)
Untungnya, mas ken tidak menangis di tempat dan saat itu juga 😂

Tapi di dalam mobil, dia sepertinya baru mengerti semuanya, dan dia menangis 😂

Le, ini ceritamu waktu kamu harus kehilangan dua gigi pertamamu. Sebagai tanda, bahwa sebentar lagi, ibuk mungkin sedikit demi sedikit harus rela membiarkan dirimu membaur dengan sesamamu.

Mas Ken, 5 tahun 5 bulan.