11 July 2012

Ketika di-DADAR

Dan inilah yang saya rasakan saat ini: gak bisa berhenti tersenyum selama beberapa menit, berat badan terasa turun 50kg, kayak sudah ngeluarin kentut yang ditahan selama beberapa jam karena berada di mobil >> PLONG!

sebelum di dadar; di pintu masuk ruang ujian

Aaaakkkk ... akhirnya, anakku dinyatakan lulus sensor dari 3 penguji. Umm ... tetep harus ada revisi tapi tak apa. Hakhak :)

Nah, berhubung aku sudah melaksanakan kewajiban sebagai seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan dicap sebagai pengangguran *menurut bukunya Alitt—Skripshit*. Aku akan memberikan tips dan trik melewati kelulussensoran tersebut :D hehe #songong

Yang pertama,
Jangan pernah berpikir kalau ujian merupakan hal yang mengerikan. Karena semakin mengerikan kamu membayangkan, akan semakin cepat pula ritme drumband jantung kamu deg-degan. Walaupun, tadi sebelum ujian, aku juga melakukan hal itu. Hehe. Sempet nyanyi-nyanyi dan menghentak-hentakkan kaki demi mengurangi nervous.

Yang kedua,
Persiapkan semua bahan yang berkaitan dengan skripsimu. Sebenarnya tidak harus dibawa semua. Paling tidak, kamu menguasai bahan itu semua dari mulai hal yang paling kecil sampai yang paling besar. Oia, juga perlu sekali memahami kembali dasar dari tema/topik/teori yang kamu pergunakan. Persiapan bahan ini juga termasuk bahan-bahan untuk presentasi: cek leptop, AC, pencahayaan, dan LCD.

Yang ketiga,
Penampilan tidak harus oke, tapi sopan. Di Sastra Indonesia sebetulnya tidak mewajibkan peserta ujian skripsi mengenakan hem putih-rok/celana hitam. Akan tetapi, hal ini sudah membudaya sehingga tetap diterapkan oleh mahasiswa. Fakta yang harus diluruskan yakni mengenai kesopanan/etika tersebut. Mengapa pemakaian warna hitam-putih itu menjadi budaya? hal ini karena hitam dan putih adalah warna yang lumayan netral. Coba ketika didadar pakai warna merah? Mungkin alur cerita ujianmu akan berbeda denganku :D Lalu mengenai rok dan celana. Kenapa yang perempuan pakai rok dan laki-laki pakai celana? Karena kalau perempuan pakai rok, lebih sopan dibandingkan memakai celana. Kalau yang laki-laki gak mungkin pakai rok kan? Nanti dikira mau sunatan. Jangan lupa pakai sepatu!

Yang keempat,
Snack dan minum. Okelah kalau minum memang sudah disiapkan dari tempat ujiannya. Tapi kalau makanan: TIDAK. Jika Mba Ayu mengatakan, “snack juga mempengaruhi mood penguji,” itu ada betulnya juga. Selain biar penguji ada kesibukan lain ketika menunggu untuk berbicara, setidaknya ketika penguji lapar ketika itu, mahasiswa tidak menjadi sasaran “makanan”. Akan tetapi, ini juga tidak berlebihan, misalnya dengan membawa parsel karena semakin banyak yang kamu bawa, semakin tinggi firasat penguji bahwa penguji sedang di-“sogok”. Jadi, snacknya secukupnya saja.

Yang kelima,
Supporter. Sebenarnya ini tergantung dari teman-temanmu. Jika beruntung, temanmu dengan sukarela akan menawarkan diri untuk hadir dan menunggumu di luar. Tapi jika tidak beruntung, kalau bisa undang mereka untuk datang. Semakin banyak supporter,semakin semangat kamu menjalani ujian. Ummm ... tapi ini gak ngefek kalau kamu bukan tipe orang yang suka berkumpul atau lebih suka menyendiri. Mungkin kamu akan lebih cenderung membutuhkan kesunyian untuk merenungi ujian yang akan terjadi.

Yang keenam,
Ketika penguji mulai berdatangan, TERSENYUMLAH dan IKHLAS. Apapun nanti yang terjadi, ya terjadilah. Hehe. Bukan bukan. Apapun yan terjadi di dalam ruang sidang mungkin tidak bisa kamu kendalikan karena di sana kamu hanya sebagai seorang yang diuji. Pemegang kendali kekuasaan adalah penguji. Oleh karena itu, berusahalah ikhlas dan tentu saja dibarengi dengan doa dan usaha untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah kamu kerjakan. Jika kamu menemukan kesalahan dalam skripsimu, jujurlah dan benahi ketika itu juga (walaupun hanya dalam bentuk ucapan—nanti diubah ketika revisi).

Yang ketujuh,
Lapang dada. Lapang dada dan ikhlas memang gak beda jauh. Memang. Aku mengulangnya dua kali. Supaya kalian mengerti, hasil final dari penguji merupakan hasil dari kerja keras kamu. Jadi apapun nilai yang akan diberikan, itu sesuai dengan apa yang sudah kamu pertanggungjawabkan.

Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat.

*lulus—revisi skripsi—yudisium—wisuda. Lalu, senyum yang terkembang seusai didadar berubah sekejap karena menjadi pengangguran—bukan mahasiswa lagi* #penggaluanmasal

Special thanks to: Meyriska Wulandari, Yogi Sutopo, Siti Sayidah K, Muh. Yasir A, dan Zainal Arifin yang tadi sudah menungguiku di luar ruang sidang #bighug

No comments: