12 April 2014

Indahnya AnugerahMu--Anak Pertama

adek usia 4 hari
Alhamdulillah … Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah tak ternilai yang diamanatkan kepada kami. Setelah 9 bulan lebih 6 hari mengandungnya :’) #terharu

Sebenarnya sudah sejak lama pengin update blog lagi. Sayangnya, koneksi internet sudah diputus sama kakak. Sedangkan mau beli modem juga masih mikir, takutnya nanti di rumah gak ada signal. Saya trauma dulu pernah punya modem pakai provider tertentu ternyata lemot abeeesss dan terkadang malah gak ada signal sama sekali. Maklum, ehm … dusun.

Banyak banget yang pengin saya ceritain. Mulai dari tendangan pertama janin hingga proses gimana akhirnya ia terlahir di dunia ini dan berada dalam dekapan saya :’) sungguh tak terkira bahagianya.

Menginjak usia kandungan ke-sembilan bulan, tendangan-tendangan mulai menguat. Rasanya si kecil sudah tak sabar untuk terlahir di dunia. Hihihi, Ibu-Ayahnya sebenarnya yang tak sabar. Kesibukan kerja masih saya jalani seperti biasa. Karena kalau cuman duduk-duduk, istirahat, bengong di rumah, kaki malah pada bengkak. Jadi mending dibawa enjoy buat kerja :D hingga pada hari Minggu (30/3/14) pagi saya mengeluarkan flek dan setelahnya mengalami kontraksi. Mulai agak was-was juga karena kehamilan pertama. Browsing-browsing ke internet, memang seperti itu persiapan tubuh dalam menyambut persalinan. Tapi perasaan khawatir masih ada. Akhirnya, Bapak-Ibu ngajak ke klinik bidan supaya jelas statusnya.

Pukul 10.00 pagi berangkat ke klinik bidan. Sayangnya Bu Bidan yang dicari tidak ada. Adanya bidan (asisten). Ya sudah, dari pada balik. Diperiksa sama bidan tersebut katanya, “tidak apa-apa. Itu ciri-ciri mau melahirkan. Ditunggu saja karena baru bukaan satu.”

Saya coba cuek. Masih bantu pekerjaan rumah, masih mondar-mandir ke pabrik, pokoknya kalau bisa jangan diem. Tapi kalau capek ya tetep istirahat. Hehehe.

Malamnya, Minggu malam Senin, kontraksi makin sering. Tidur pun terganggu. Tetep ngandalin info dari internet, saya coba jalan keliling kamar—padahal kamar juga gak besar :D—mondar-mandir, ngurangi rasa tegang punggung saat kontraksi.

Paginya, Senin (31/03/14), disuruh istirahat saja sama Ibu. Tapi gak mau. Dibawa tidur atau duduk malah gak enak semua rasanya. Jadinya tetep dipakai jalan-jalan mondar-mandir di rumah meski gak bantuin pekerjaan rumah. Pas waktu kontraksi pasti keliatan, mukanya jadi aneh karena nahan nyeri punggung :D Sorenya saya juga masih pergi ke pabrik. Hehe, dasarnya gak bisa diem di rumah.

Senin malam, waktu tidur berkurang lagi. Kontraksi makin sering. Mondar-mandir di kamar juga makin sering. Alhasil tidur setengah jam, bangun seperempat jam. Begitu berulang, sampai pagi hari masih terkantuk-kantuk.

Selasa (1/04/14) pagi, gegara kurang tidur, mata jadi gak enak. Penginnya dibawa tidur. Tapi kontraksi dan punggung gak bisa diajak kompromi. Pilih mandi pagi biar seger. Sebelum mandi, ternyata saya mengeluarkan lendir dan darah cokelat. Saya lap pakai tisu. Berhubung penasaran, saya bilang ke Ibu saya. Beliau bilang, “memang begitu. Itu tanda-tanda mau melahirkan.” Oke! Saya mandi dengan perasaan masih was-was. Tapi saya sadar, janin baik-baik saja karena saya masih merasakan tendangan-tendangan.

Siangnya saya coba untuk tidur karena mata sudah tidak bisa diajak kompromi. Alhamdulillah, si dedek bisa diajak kompromi. Kontraksi berkurang. Seneng? Lumayan :D soalnya sakitnya berkurang, hehe.

Seperti biasa pukul 08.00 malam saya sudah tiduran. Masih merasakan kontraksi-kontraksi. Tapi masih dibawa enjoy. Mulai tiduran, tiba-tiba kontraksi mulai menyerang. 10 menit tidur, 30 menit kontraksi. Aaaak sakitnya gak kebayang waktu itu. Akhirnya gak kuat karena kontraksi makin sering.

Akhirnya, tengah malem bangunin Ibu-Bapak minta tolong diantrin ke klinik. Ibu ngajak Mbak Sis. Saya bangunin suami karena masih tidur. Berhubung di rumah cuman ada Wulan, jadinya suami disuruh jaga rumah saja. Nanti kalau memang lahiran dikabari dan nyusul ke klinik. Oke!

Sampai klinik diperiksi Bu Bidan, sudah bukaan 3. Rasanya punggung kayak dipaku, tegang banget waktu kontraksi. Pukul 12, pukul 1, pukul 2, pukul 3 terlewati sangat lamaaaaaaaaa dan gak bisa tidur karena kontraksi datang tiap 15 menit. Saya ditemani 3 bidan (asisten) waktu itu. Sekitar pukul 2 suami datang ke klinik.

Pukul 4 pagi (2/04/14) akhirnya diperiksa Bu Bidan lagi. Sudah waktunya, tinggal nunggu sebentar lagi. Saya sudah tidak tahan lagi, akhirnya saya dibolehin ngeden sama bu Bidannya. Kok ngeden? Iya, ngeden. Ngeden kayak orang mau BAB. Akhirnya, setelah ngeden-ngeden hampir satu jam, tangisan itu terdengar jugakkkkk :’)

Suasana haru datang tiba-tiba. Rasa sakit saat kontraksi terbayar sudah. Bahagianya saat mendengar tangisan pertama si kecil gak ada tandingannya. Subhanallah, rasanya amazing sangatttttt meskipun meninggalkan 6 jahitan di jalan lahir—lahiran normal :D

Alhamdulillah, atas izin Allah, lahir putra kami yang pertama Naufal Kenzie Safaraz pukul 05.50 WIB, hari Rabu, 2 April 2014 dengan berat 2,90 kg dan panjang 47 cm :’) Semoga kelak engkau menjadi putra sholeh seperti namamu, Nak. Itu doa kami. Jadilah pemimpin baik yang dermawan dan terhormat. Amin :’)

Tulisan ini saya persembahkan untuk buah hati saya yang pertama. Ini untukmu, Nak. Jika kelak kamu dewasa, lantas kamu ingin tahu bagaimana ibu melahirkanmu, dengan bangga ibu akan berkata, “Bukalah blog ibu nak. Archive di bulan April 2014. Di sana ada tulisan tentang kelahiranmu.” Begitu. Jadi ibu tak perlu berpanjang kali lebar hingga berbusa-busa untuk menceritakan kisah ini kepadamu, Nak. Atau mungkin nanti cucu-cucu ibu ingin juga membaca kisah ini? Ah, sungguh pede sekali ibumu ini, Nak :P

No comments: