30 March 2018

Ketika Bayi Besuk Pasien


Beberapa hari yang lalu, saya dan keluarga menengok tetangga (perempuan, janda, usia 24 th -an) di rumah sakit. Yang sakit anaknya, usia 6 tahunan. Bapaknya sudah tiada meninggalkan anak pertama putri (yang sedang sakit) dan kedua putra.

Kasihan, tentu saja. Dan yang lebih membuat hati siapapun tak akan tega melihatnya, putri tersebut berbeda dengan anak seusianya. Dia berjalan ketika dipapah, bicara seperlunya, sorot mata yang tidak fokus ke lawan bicara, badannya kurus, dan kadang ada liur yang masih menetes dari ujung mulutnya. Iba, pasti :(

Ketika kemarin kami menjenguk, putri (bukan namanya) sudah dipindahkan ke ruang rawat. Mulanya di ruang ICU selama 3 hari karena harus mendapatkan perawatan intensif.

Pembiayaan perawatan Putri sepenuhnya ditanggung oleh BPJS. Ia di rawat di ruangan dengan 3 tiga springbad yang berlapis tirai, kemudian disekat lagi dengan dinding yang berongga sekitar 1,5 meter lebarnya kemudian ada ruangan lagi dengan 3 springbad, sama. Ruangan yg sebelah kiri tadi hanya putri yang menghuni dan ruangan lain yang bersekat itu juga di isi satu pasien, bayi kalau tidak salah karena waktu kami masuk mendekati springbad Putri, pasien bayi tersebut sedang menangis.

Tapi bukan perkara soal ini yang seharusnya saya ceritakan. Saya menjenguk putri dengan mengajak kedua anak saya. Mas ken dan shanum. Shanum saya gendong waktu itu. Ketika di dalam, ibu dari pasien bayi yang di sebelah tadi berjalan ke arah tempat sampah di dekat saya karena mau membuang sampah tentunya dan berujar, "aduhh, bayinya kasihan mba, kok diajak njenguk pasien."

Pelan, menggetarkan, sekaligus menohok.

Iya, saya tahu mba. Memang tidak patut sebenarnya kalau menjenguk pasien di rumah sakit mengajak bayi. Tapi niat saya InsyaAllah baik :( maafkan ibu, nak.

Yasudalah, mungkin ada baiknya, ya, barangkali saya bisa menjenguknya ketika sudah tiba di rumah (padahal nyawa manusia hanya Tuhan Yang Tahu) atau barangkali bisa dititipkan saja.

Ya, itu mungkin lebih baik.

Hidup mati Tuhan yang menentukan. Kami hanya berusaha berbuat baik untuk orang lain. Semoga direstui, amin...

No comments: