24 February 2010

Nasi Gandul: Kuliner Khas Pati, di Jogja?

Feature ini saya buat semata-mata karena tugas perkuliahan MEnulis Kreatif. Dari pada hanya menjadi bacaan sendiri, lebih baik aku share ke blog. hehe

SEdikit cerita. Mahasiswa yang mengikuti kuliah ini kira-kira empat puluh orang. Nah dari ke-40 feature itu, oleh Bapak Aprinus Salam (dosen pengampu) menyeleksi menjadi sepuluh feature. Hihihi, walaupun hanya sebatas latihan, tapi saya senang karena bisa masuk kesepuluh feature tersebut. HAnya sayangnya, belum bisa menjadi yang terbaik dari feature2 teman2 yang juga baik dan sangat menarik.

Hihi, dosen pengampu mata kuliah ini memang unik. Beliau tidak segan mencaci karangan kita apabila memang tidak sesuai dengan keinginannya. TApi menurut saya, hal itu justru memacu semangat untuk lebih baik lagi. Yang terbaik dapat duit 50rb (uang yang terkumpul dari mahasiswa yg mengikuti kuliah @ Rp1.000,- kalau kurang dari 50rb, Bpk Aprinus akan menambahi)...hahahahha tapi kalau yang terbaiknya dua, 50rb-nya juga dibagi dua. Hehehehe... Lumayanlah, sebagai anak kos.

Berikut feature saya ^^

Apa yang akan terlintas di benak Anda jika Anda mendengar sebutan “nasi gandul”? Mungkin Anda akan mengira bahwasanya itu adalah nasi yang bergelantung, atau nasi yang digantungkan, atau mungkin hal-hal lain yang berkaitan dengan hal “gandul” tergantung dari imajinasi seseorang. “Pertama kali saya mendengar nasi gandul, yang saya pikirkan, apakah nasinya itu digantung? Namanya gondal-gandul?” tutur Tina (24) mahasiswi asal Palembang. Berbeda lagi dengan penuturan Denta (22), mahasiswi asal Tulungagung, “saya penasaran, apa artinya ‘gandul’?” Akan tetapi, hal itu tidak akan terjadi apabila yang mendengar sebutan tersebut adalah masyarakat Pati (Jawa Tengah) dan sekitarnya.


Nasi gandul merupakan masakan khas daerah Pati (daerah pesisir Jawa Tengah, merupakan jalan pantai utara Jawa). Akan tetapi, konon menurut cerita, daerah di Pati yang memopulerkan nasi gandul ini adalah desa Gajahmati (arah selatan teminal bus Pati). Jika ditelusuri asal-usul pemberian nama nasi gandul, banyak versi yang mengemukakan tentang hal tersebut.

Versi pertama mengatakan bahwa nama nasi gandul adalah nama pemberian dari pembeli. Dulu, di daerah Pati, penjual nasi gandul menjajakan nasinya dengan menggunakan pikulan yang berisi kuali (tempat kuah nasi gandul) di satu sisi, dan bakul nasi serta peralatan makan nasi gandul di sisi lain. Kemudian, pikulan tersebut digotong dan dijajakan sehingga pikulan tersebut naik-turun seirama dengan langkah penjualnya. Oleh sebab itu, masyarakat kemudian menamainya nasi gandul.

Versi kedua, nama nasi gandul terinspirasi dari cara penyajian nasi gandul yang unik. Cara penyajiannya: piring yang telah dilapisi oleh daun pisang, kemudian diisi oleh nasi, baru setelah itu diberi kuah. Karena penyajian yang serupa itu, oleh para pembeli menyebut bahwa nasi dan kuah itu mengambang; menggantung (tidak menyentuh piring).

Versi ketiga mungkin dahulu hanya sebagai bahan banyolan masyarakat Pati. Dikisahkan bahwa penjual (seorang pria) yang menjajakan nasi tersebut dengan cara berkeliling, memakai sarung. Ketika penjual tersebut duduk dan melayani pembeli, sarung penjual tersebut tersingkap dan kelihatan alat kelaminnya yang ‘gondal-gandul’. Kemudian, sejak saat itu orang menyebut nasi itu adalah nasi gandul.

Dari versi-versi tersebut, versi pertama dan kedualah yang bisa diterima oleh masyarakat luas.

Seiring dengan berkembangnya waktu, nasi gandul yang mulanya dijajakan dengan menggunakan pikulan dan hanya dikenal oleh masyarakat Pati kini telah menempati warung serta dikenal oleh masyarakat luas. Di Jogja misalnya, menjajakan nasi gandul diwarung telah ditekuni oleh beberapa orang.

Kembali ke warung nasi gandul, ada yang khas dalam warung nasi gandul tersebut. Pikulan yang telah dijelaskan di atas tetap dipakainya untuk tempat kuali kuah dan nasi. Hanya bedanya, pikulan ini untuk memperjelas kekhasan nasi gandul dan nilai estetik yang antik. Penyajian nasi gandul juga khas, yaitu menggunakan piring yang dilapisi daun pisang sebelum diberi nasi dan kuah. Daun pisang yang biasa digunakan adalah daun pisang kluthuk (pisang biji). Hal ini digunakan untuk memberi aroma segar terhadap kuah. Sebagai lauknya, biasanya di warung nasi gandul menyediakan daging sapi, babat, kikil, hati, iso, paru, lidah, perkedel, tempe goreng, dan telur ayam, serta bisa juga dengan pencampuran beberapa lauk tersebut. Adapun tempe goreng, juga menjadi ciri khas warung nasi gandul. Tempe goreng yang disajikan sangat garing dan renyah. Tempe tersebut sebelum digoreng terlebih dahulu direbus dengan menggunakan santan, atau bisa juga dengan merendam potongan tempe dengan air injet (kapur) semalaman. Selain warung dan cara penyajiannya yang khas, rasa nasi gandul akan membuat pembeli ketagihan.

Jika sekarang Anda berada di Jogja, Anda tidak perlu kawatir untuk repot-repot menjelajah kota Pati. Di daerah Sleman (Jogja), ada dua warung (yang penulis ketahui) yang menyediakan nasi gandul. Warung yang pertama berada di jalan Kaliurang, km. 9,3 dengan nama warung “Lexus” (sebelah barat, sebelum pertigaan rambu lalulintas). Warung ini dulunya bertempat di jalan Kaliurang sekitar km. 8 (dekat PLN). Sudah tujuh tahun pemilik warung nasi gandul yang asli orang Pati ini menjalani kiprahnya. Warung yang kedua bisa ditemui di jalan Prof. Yohanes no. 1060, Terban. Pemiliknya adalah Kristi Yuliani. Beliau sudah berkiprah selama lebih kurang empat tahun. Kedua warung ini sama-sama menjual nasi gandul dengan lauk yang rata-rata sama. Rasanya pun hanya berbeda sedikit. Akan tetapi, ada yang berbeda dalam soal rasa khas seperti nasi gandul yang dijual di Pati. Di Pati, kecap yang digunakan untuk menyedapkan rasa nasi gandul adalah kecap dari Pati yaitu cap “Gentong” atau “Lele”. Silakan ditimbang sendiri kekhasan nasi gandul karena warung pertama menggunakan kecap khas dari Pati yaitu kecap “Gentong”, sedangkan warung kedua menggunakan kecap “Bangau”.

Harga per porsi di setiap warung juga bervariasi tetapi tetap terjangkau dikantong mahasiswa, yaitu berkisar Rp4.500,00 – Rp11.000,00. Namun, jika ada yang berminat untuk membuat sendiri, silakan mencoba resep di bawah ini:

Bahan-bahan: 1 kg daging sapi (has dalam), 10 siung bawang putih haluskan, 2 sdt ketumbar disangrai, 4 cm kencur memarkan, 4 cm jahe memarkan, 1,5 sdt garam, 3/4 sdm gula pasir, 1 sdt merica putih, 4 sdm kecap manis, 1500 ml santan dari 1 butir kelapa parut, 1 potong kayu manis secukupnya.

Cara membuat: Rebus daging sapi hingga empuk. Potong-potong ukuran 1 cm. Panaskan minyak. Tumis bawang putih, kencur dan jahe hingga harum. Tambahkan garam, gula pasir, merica putih dan kecap manis, aduk rata. Tuang santan lalu masak sambil diaduk sampai mendidih. Masukkan daging beserta kayu manis, masak sampai bumbu meresap.

Hmmm..., sudah siapkah Anda menikmati nasi gandul? Selamat mencoba….





Dirangkum dari berbagai sumber dan observasi.
http://nasional.kompas.com/read/2008/07/24/16194454/nasi.gondal.gandul

5 comments:

donny said...

waaa rasane piye sun ? enak ndi ro sego gudeg hahahahaha, sipp deh tulisanmu soyo apik lanjtkaaan !

Anonymous said...

rasane enak no... hehe
apalagi kalo di Juwana..lebih mantaP lagi..hihihi *promosi*

enak sego gandul no.. :p

teguh arianto said...

Telah dibuka RM RISTY, dengan menu : NASI GANDUL dan ANEKA PENYETAN di Jl Magelang Km 5 (Utara TVRI JOGJA) Depan Donatello.. Untuk pemesanan Hubungi 081578840761/08156813046

teguh arianto said...

Telah dibuka RM RISTY, dengan menu : NASI GANDUL dan ANEKA PENYETAN di Jl Magelang Km 5 (Utara TVRI JOGJA) Depan Donatello.. Untuk pemesanan Hubungi 081578840761/08156813046

trisuntea said...

wehhehe,, patut dicoba ini. Terima kasih atas info nasi gandulnya :)