20 October 2009

CERNAK (cerita anak) CHACA dan PERMEN


Pada suatu hari, terdengarlah decapan air liur dari luar kamar seorang gadis kecil berumur delapan tahun yang akrab dipanggil Chaca. Mama Chaca yang mendengar samar-samar akan hal itu, memperjelas dengan menempelkan telinganya ke pintu kamar Chaca.
Chaca : “Hemm… enak banget!” (sambil mengunyah permen)
Mama Chaca terheran-heran dan khawatir dengan anaknya, kemudian Mama mengetuk kamar Chaca. Tok tok tok….
Mama : “Cha, buka pintunya. Mama mau masuk. Kamu lagi ngapain Nak?”

 Chaca : “Chaca gak ngapa-ngapain kok Ma!”
Mama : (masih di luar kamar) “Iya, tetapi buka dulu donk pintunya, Mama mau masuk”
Dengan segera, Chaca menyembunyikan semua permennya dalam almari bajunya dan diselipkan di bawah baju-baju. Setelah itu, Chaca membukakan pintu untuk Mamanya.
Chaca : “Ada apa Mama Chaca tersayang?”
Mama : “Chaca makan ya di kamar? Kok tadi Mama dengar Chaca bedecak keenakan”
Chaca : (bingung mencari alasan, menjawab dengan terbata-bata dan sekenanya) “Chaca tadi liat buku masakan. Masakannya enak-enak Ma. Hemm, jadi lapar. Oh ya, hari ini Mama masak apa?” (mengalihkan pembicaraan)
Mama : (mencoba percaya kepada Chaca) “Ya sudah kalau begitu. Hari ini Mama masak Ayam kecap kesukaan Chaca dan khusus Mama buatin buat Chaca.”
Chaca : “Wahhh…makasih Mama. Ayo Ma ke dapur! Chaca sudah ngiler ini.” (dengan menyeret lengan Mamanya)

Di dapur, Mama menunggui Chaca makan. Kemudian, Mama berbicara sesuatu.
Mama : “Chaca sayang, Mama tidak mau mendengar lagi Chaca makan permen. Nanti gigi Chaca sakit lagi. Coba, Mama pingin dengar. Kemarin, Om dokter berpesan apa sama Chaca?” (sambil mengelus rambut Chaca)
Chaca : “Emmm…tidak boleh makan permen terlalu banyak dan keseringan karena gigi Chaca sudah ada yang bolong. Jadi, kalau gigi Chaca sakit, nanti dicabut.”
Mama : “Pinter anak Mama. Terus, Chaca mau giginya dicabut?”
Chaca : “Gak mau Ma. Sakit!” (sambil memegang pipi)
Mama : “Jadi Chaca harus gimana?”
Chaca : “Tidak akan makan permen lagi”
Mama : “Bagus! Itu baru putri kesayangan Mama.” (memeluk Chaca)

Keesokan paginya, di saat Mama mau membangunkan Chaca, terdengar rintihan kesakitan dan isakan tangis dari dalam kamar Chaca.
Chaca : “Aduh…. Hik hik….” (sambil memegangi pipi kanannya)
Tanpa mengetuk pintu, Mama membuka pintu dan masuk menghampiri Chaca.
Mama : “Kenapa sayang?”
Chaca : (sambil terisak-isak, menjawab pertanyaan Mama) “Gigi Chaca sakit Ma..”
Mama : (kaget) “Lhoh, bukannya Chaca sudah janji berhenti makan permen?”
Tidak ada jawaban dari Chaca.
Mama : “Yasudah, sekarang kita ke tempat Om dokter ya? Berhenti donk nangisnya, nanti jelek anak Mama. Chaca ganti baju dulu ya.”
Chaca : (dengan lesu Chaca membuka almari dan mengambil sebuah baju, kemudian…) “Argh! Mama!”
Mama : (segera Mama menghampiri Chaca, terkejut) “Kenapa lagi sayang?”
(melihat sekumpulan semut di tumpukan baju Chaca dan ada permen, Mama terkejut) “Chaca naruh permen di tumpukan baju Chaca?”
Chaca : (merasa bersalah, menundukkan kepala) “Maafin Chaca Ma…”
Mama : “Yasudah tidak apa-apa, yang penting sekarang kita ke tempat Om dokter gigi. Oke?”
Chaca: “Oke Ma!”

Sejak kejadian itu, Chaca tidak lagi makan permen, menyembunyikan permen di dalam almari, dan berbohong kepada Mamanya. Chaca juga akan menuruti perkataan Mamanya dan juga Om dokter. Karena gara-gara kejadian itu, Chaca harus kehilangan satu gigi gerahamnya yang sudah bolong.

No comments: