12 October 2012

Akhir Musim Kemarau, Awal Musim Penghujan

Beberapa hari lalu, gerimis dan hujan sempat singgah di desa Agung Mulyo. Ya, masih sekedar pelepas dahaga tanah yang telah lama tak basah karenanya. Musim kemarau kali ini lebih panjang dari yang seharusnya. Jika para petani sawah, ladang, dan sebangsanya rebut karena kemarau dan tak ada air, lain halnya dengan warga desa Agung Mulyo. Mereka bersuka cita menyambut lamanya kemarau karena hal ini tentu saja memperpanjang masa produktif penghasilan mereka.

Bagi petani garam, kemarau adalah ladang “uang”. Hampir seluruh penduduk desa Agung Mulyo akan berbondong-bondong ke lahannya masing-masing untuk membuat garam. Saat ini, karena mendekati musing penghujan para petani garam akan semakin semangat memanen garamnya. Berlomba-lomba memasarkan hasil panen. Kenapa? Karena mendekati musim penghujan, biasanya harga garam akan mulai naik.

Untuk harga garam sendiri tak bisa diprediksi kapan akan naik karena hal ini tergantung dengan cuaca dan juga banyaknya pasokan garam yang diproduksi. Seperti kemarin, hanya semalam hujan deras, harga garam mulai naik kembali. Ini juga berpengaruh terhada penjualan garam curah/briket ke konsumen.

Memasuki bulan Oktober yang biasanya terhitung sebagai musim hujan, para petani garam sudah mulai gelisah. Gerimis dan hujan sudah mulai menyapa mesti belum rutin setiap hari. Mendung yang mulai menebal semakin menambah was-was petani garam karena hal tersebut adalah sinyal akan berakhirnya masa produksi garam.

Hmmm, tapi itulah musim di Indonesia. Jika kemarau terus, bagaimana dengan nasib masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada musim hujan? Yuk, marilah sama-sama kita bersyukur atas segala kemurahan yang diberikan oleh Tuhan YME.

Petani garam dengan garamnya

2 comments:

HP Yitno said...

Allah itu maha adil.
Ada yang senang jika musim kemarau seperti petani garam. Ada yang sedih seperti petani padi. Nikmatin aja kali ya.
Salam kenal dari blogger pati juga :-)

trisuntea said...

Salam kenal dari saya juga, Om Yitno :)