24 September 2012

Profesi: Petani Garam

Sejak di rumah, saya selalu bergelut dengan garam. Ya, sempat takut juga kalau ternyata setelah di rumah saya akan menjadi asin dan keasinan :D Sayang kan, kalau sudah manis gini jadi asin? << lupakan!

Rumah saya yang notabene sangat dekat sekali dengan perairan laut Jawa membuat saya dan warga desa yang saya tinggali ini memiliki mata pencaharian utama sebagai petani tambak dan garam.

Sebentar, terlepas dari itu semua orang yang memiliki profesi mengolah tambak dan garam tidak bisa disebut nelayan bukan? Mungkin harus ada kosakata baru untuk profesi ini agar tidak meminjam kata petani.

Di musim kemarau seperti ini, hampir 90% warga di desa ini akan mengolah lahan tambaknya untuk dijadikan lahan bertani garam. Mereka biasa menyebut ini dengan koen (baca: kowen). Sama seperti tambak, biasanya berbentuk segi empat dengan luas kira-kira 5--8 meter persegi. Akan tetapi, kedalamannya tidak sampai 1 meter. Paling hanya 10--20 cm.

koen petani garam
Proses pengkristalan garam biasanya membutuhkan waktu sehari (apabila cuaca panas dan disertai angin). Pernah suatu ketika cuacanya sangat panas tetapi tak ada angin, pengkristalan garam tidak berlangsung dengan baik. Garam yang dihasilkan lembut, seperti es krim. Bahkan ada kowen yang pengkristalannya tidak terjadi. Mereka menyebutnya gandor yang artinya tidak keluar. Kata ini biasa digunakan dalam istilah garam dan tambak.

Seusai garam tersebut digaruk, garam tersebut akan dicuci terlebih dahulu agar putih. Oh ya, kualitas garam terlihat pada putihnya garam dan hal ini dipengaruhi oleh proses pemanasan dan pencucian.

Garam yang sudah dicuci tersebut biasanya ditimbun di suatu tempat, kami biasa menyebutnya godang >> gudang garam. Transportasi yang dipakai untuk mengangkut garam yang sudah jadi tersebut (garam curah) adalah sepeda onthel dan sepeda motor. Sepeda motor ini merupakan dampak modernisasi karena lebih efisien, hemat, dan tidak menguras banyak tenaga. 75% pengangkut garam di desa ini telah menggunakan kendaraan bermotor. Sisanya, masih menggunakan sepeda onthel.

pengankut dengan sepeda yang waktu itu karena sepeda sudah tua, rodanya tak sengaja bengkok

pengangkut dengan kendaraan bermotor @ CV. Dua Roda

Terkadang ada pula yang godang-nya sudah penuh sehingga mereka langsung menjualnya ke pengepul. Biasanya pengepul ini adalah orang-orang yang memiliki pabrik garam atau memiliki pasarnya sendiri. Untuk saat ini (tertanggal 24 September 2012) harga garam perbojog dibeli seharga Rp.50.000,00. Garam per bojog beratnya rata-rata 175--200 kg.

Yak, sekian laporan dari TKP >> Ds. Agung Mulyo >> desaku yang sangat kucinta. Desa penghasil garam dan penghasil bandeng serta udang.

Mengenai proses garam ini dapat dlihat di Lika-Liku Garam.

No comments: