01 May 2011

Ekspedisi: Latihan Penelitian di Cikalong, Tasikmalaya

Kumaha damang?

tiket pergi ke Tasikmalaya

Itulah berapa kata yang saya dapat ingat dengan jelas, selain naon, atos, aa’, mamang, eta teh…, nyak, nuhun, dan beberapa kata yang lain (yang terdapat dalam daftar kata swadesh, yang saya tanyakan kepada informan) dalam bahasa Sunda. Di antara kata tersebut, yang paling berkesan adalah atos (sudah) dan sampeyan (kaki). Karena dalam bahasa Jawa, atos berarti keras, dan sampeyan berarti kamu. Menurut saya itu lucu hehe.

Yak, saya mau pamer. Kemarin saya habis dari Tasikmalaya 2 hari lhoh. Dan, sangat berkesan sekali. Saya ucapkan terima kasih kepada rekan seperjalanan dan sekelompok saya, Vina Periency, dan M. Yasir Al Haris. Tanpa kalian, saya tidak ada apa-apanya *terharu*.

Kemudian, kelompoknya Yunus, Arifin, dan Yogi serta kelompoknya Arum, Dewi, dan Tyas yang menemani perjalanan pergi saja. Terima kasih atas pergi bareng-barengnya walaupun turunnya di stasiun yang berbeda.

Terima kasih juga untuk Dosen matakuliah Dialektologi, Ridha Mashudi Wibowo yang telah mengirim kami ke pelosok daerah kec. Cikalong, kab. Tasikmalaya. Pengalaman kami sangat berkesan, Bapak. Dan, berkat Bapak, kami jadi tahu Tasik itu di mana *lebay*.

Hmm… terima kasih juga untuk Orangtua saya yang sudah mendanai kepergian saya ke Tasik, karena dana transportasi dari jurusan *yang bahkan ternyata tidak cukup untuk kami makan di sana* belum turun juga.

Yak. Cukup. Ucapan terima kasihnya terlalu panjang. Haha ini bukan ucapan terima kasih skripsi.

Kami berangkat dari Jogja, stasiun Lempuyangan hari Rabu, 27 April 2011, pukul 20.45 WIB dengan menaiki kereta Kahuripan (ekonomi) dengan harga tiket 24rb. Ya, tahu sendirilah bagaimana kondisi kereta ekonomi. Kami (kel. saya, dan kel Arum dkk) memilih untuk ke restorasi (dapat tempat duduk) dengan biaya tambahan 25rb *saya ndak tahu kabar kel Yunus dkk, kami terpisan ketika naik ke gerbong*. Dapat makan (nasi goreng/mie goreng ato rebus/nasi rames—bisa milih) dan minum—bisa milih. Dan, pulangnya hari Jum’at, 29 April 2011, pkl 23.45 wib menaiki kereta ekonomi Kahuripan dengan harga 24rb. Sampai Jogja, Sabtu, 30 April 2011, pkl 07.00 wib.

Tapi, berhubung ini bukan laporan perjalanan, saya tidak akan berpanjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume atau isi.

Saya hanya ingin bercerita bahwasanya Tasikmalaya tidak lebih murah makanannya jika dibandingkan dengan di Jogja. Hehe. Pokoknya di Jogja lebih mahasiswa banget. Sangat bersahabat dengan dompet mahasiswa.

Yang berkesan dari makan di Tasik dan Cikalong adalah selalu disuguhi teh tawar bahkan tanpa minta sekalipun. Teh tawar di sana ibarat air putih. Mungkin karena itulah biaya makan di sana lebih tinggi daripada di Jogja. Kemudian, Bakso di sana memakai mie gepeng yang dipakai untuk kwetiau.

Ini bakso 7rb

Yang lebih berkesan lagi, penduduk sana saling mengakrabkan diri dengan bahasanya. Misalnya, di bus. Mereka saling berkomunikasi dan ketawa-ketiwi dengan bahasa Sunda, walaupun mereka tak saling mengenal. Tapi ini saya ndak tahu. Saya sama sekali ndak ngerti bahasa Sunda. Jadi, kalopun ternyata mereka mempergunjingkan saya, saya tidak akan mengerti. Roaming banget. Bahkan, walaupun mereka memakai bahasa Indonesia (tetapi dengan logat sunda), saya susah pahamnya *ato sepertinya saya harus ke dokter THT*.

Hal lain yang membuat berkesan:

Jalan dari Tasik ke Cikalong sangat indah untuk refleksi pantat. Cocok untuk penyuka offroad. Memakan waktu 3,5 jam dengan jalan seperti di Purwodadi. Pun biaya busnya menurut saya agak mahal, 25rb. Jaraknya mungkin sama dengan jarak naik bus Pati—Semarang 16rb-an.

Menjadi pusat perhatian ketika berjalan menyusuri desa Cikalong.

Ndak ganti baju karena ndak persiapan akan menginap di Cikalong.

Kuitansi penginapan hehe *ndak penting banget*

Sempet-sempetnya beli es krim walls yang fest *sekedar untuk meredakan penat* setelah seharian pontang-panting di kantor kabupaten (di Singaparna)-kantor kesbang dan linmas (di Tasikmalaya)-kantor kecamatan (di Cikalong)-penginapan (di Cikalong).

Mencari informan di tiga desa di Cikalong (ds. Sindangjaya, ds. Cikadu, dan ds. Cikalong). Dan yang paling berkesan adalah informan di ds. Sindangjaya, dekat pantai pula. Jalan menuju desa Cikadu, yang paling offroad naik turun lebih menyedihkan dari jalan di Purwodadi.

Kaki pada bengkak karena duduk seharian di bus dan kereta. Bahkan pulang (naik kereta) ndak dapat tempat duduk, berdiri dari stasiun Tasikmalaya—Kutoarjo. Di stasiun Kutoarjo—Lempuyangan gantian duduk sama mas-mas yang capek duduk.

tiket pulang ke Jogja

Menyusuri jalan ke desa-desa di Cikalong yang lebih mirip hutan namun bagus pemandangannya, dan dekat dengan pantai *walo ndak seindah pantai parangtritis*.

Dan masih banyak lagi, haha menyenangkan.

Sekian cerita dan oleh-oleh dari kec. Cikalong dan kab. Tasikmalaya.

saya lupa nama makanan ini *khas cikalong*
Nuhun.

Salam ekspedisi!

10 comments:

yazier said...

hehehehe aku minta foto scannya mbk hehehe, pokoknya asikkkk ^_^

din2 said...

Ekspedisi yang melelahkan..
jngan kapok maen k cikalong, i v cklng..

trisuntea said...

@ yasir: yak, nanti nek sudah di cuciin...

@ dindin: ndak kapok, pengen ke sana lagi :)

Anonymous said...

terimakasih sudah berkunjung ke kampung saya...mohon maaf kalau ada hal hal yang kurang menyenangkan selamaa anda di kampung saya yaitu desa cikalong

trisuntea said...

@ anonim: di sana menyenangkan sekali. PEnduduknya jg ramah sama kita :)

amax said...

ntuk nilai opo?

trisuntea said...

@amak: bukan kx. buat iseng2 aja.. haha :D

pessui said...

haturnuhun sudah pernah berkunjung ke kampung halaman saya (cikalong)

trisuntea said...

sama-sama... di sana sangat menyenangkan ^^

its my zone said...

Gan saya akan kkn untuk bulan februari disana.apa bnr jalannya hancur banget?apa cocok dengan motor bebek?