30 December 2012

untiteld

Rasa itu bernama rindu

Kenapa?

Bisa kamu rasakan hati para petani ketika musim kemarau?

Kenapa?

Bisa kamu rasakan keringnya tanah di musim kemarau menunggu musim penghujan?

Kenapa?

Bisa kamu rasakan penantian Ibu kepada anaknya?

Kenapa?

Sudah, tak usah bertanya lagi ...

Cukup aku saja dengan pengakuanku!

15 December 2012

Selembar Kertas: Infak

Pagi hari agak sedikit ribut karena mendapatkan selembar kertas dari sebuah desa. Sebut saja desa A. Ya, hanya selembar kertas dan bisa menggegerkan dua keluarga plus gosip gosip dari warga desa tersebut. Selembat kertas itu adalah ini:


Selembar kertas ini diberikan oleh seorang warga dari desa A tadi. Letak desa A memang tidak jauh dari desa saya. Jadi, ya (sedikit) wajar kalau info rehabilitasi renovasi masjid ini sampai juga di tangan keluarga saya.

Oke, mengenai selembar kertas ini.

Selesai baca selembar kertas tersebut saya langsung ngekek. Maaf, bukannya menghina atau bagaimana ya. Tapi saya memang agak curiga dengan orang-orang di belakang selembar kertas ini << jangan ditiru. Karena foto sudah saya edit, jadi bisa dilihat sendiri apa-apa saja yang membuat saya curiga. Hmm bukan curiga, lebih tepatnya ngekek :D

1. Rehabilitasi
Waktu baca rehabilitasi otak saya langsung mengarah ke orang kecanduan atau orang yang sedang dalam pemulihan keadaan, dan semacamnya. Kalau liat di KBBI online, rehabilitasi berarti
1 pemulihan kpd kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu (semula); perbaikan anggota tubuh yg cacat dsb atas individu (msl pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yg berguna dan memiliki tempat dl masyarakat.
Lebih cocok jika rehabilitasi tersebut diganti renovasi. Iya kan? Biar tidak terjadi salah paham. Saya menduga kalau pembuat selembar kertas itu memang orang Jawa tulen. Biasanya orang Jawa sering menggunakan kata rehab untuk menunjukkan bahwa tengah berlangsung pemugaran/renovasi. Padahal kalau dalam bahasa Indonesia tidak seperti itu maknanya.

2. Infaq Rp. 2.000.000
Membaca infaq yang ada dibenak saya adalah sumbangan sesuai keikhlasan hati si pemberi. Saya bingung ketika membaca infaq sebesar 2 juta rupiah. Ini bentuknya sumbangan kan? Bukan kewajiban kan? Seikhlasnya kan? Karena saya pun awam mengenai hal ini, saya mencari arti kata infaq >> infak. Berikut artinya,
pemberian (sumbangan) harta dsb (selain zakat wajib) untuk kebaikan; sedekah; nafkah
Hmm, agak gimana gitu sama selembar kertas itu -.-

3. Seikhlasnya
Semakin lama, saya membaca selembar kertas itu saya semakin geram :D Gak konsisten. Dan kayaknya mengada-ada. Padahal, renovasi yang dilakukan memang benar adanya. Kalau di atas sudah disebutkan 2 juta rupiah, kenapa di situ ditulis lagi seikhlasnya? Aaaakkk, aneh! -.-

4. Ketua Hasil Musyawarah
Dan ini juga semakin membingungkan. Saya gak ngerti ini maunya gimana. Apakah yang dimaksud itu ketua tersebut dipilih berdasarkan hasil musyawarah, atau ketua tersebut dipilih berdasarkan hasil musyawarah dan tidak mengetahui bahwasanya dia telah terpilih menjadi ketua?

Yang namanya ketua, pastilah dirundingkan bersama-sama bukan? Atau setidaknya, apabila calon ketua mengajukan dirinya sendiri, ini tentu bukan hasil musyawarah. Melainkan pencalonan diri lalu disetujui oleh anggota.

5. Drs. H dan S. Pd
Dan yang terakhir ini membuat saya semakin galau dan WOW. Ketua dan sekretaris dijabat oleh seseorang yang memiliki pendidikan tinggi. Kalau di sana tertera tanda tangan sekretaris, otomatis sekretaris sudah membaca selembar kertas itu. Atau mungkin sekretaris tersebut tanda tangan sebelum tulisan tangan itu diisi?

Entahlah.

Sedikit menyarankan, untuk ketua yang namanya tertera dalam selembar kertas tersebut, yang menjadi penanggungjawab atas renovasi tersebut. Mohon diteliti ulang sebelum menyebarkan informasi pada selembar kertas itu. Kami bingung dan galau waktu membaca itu. Itu renovasi untuk tempat ibadah lhoh! Jangan sampai lah ada sesuatu yang tidak ikhlas di sana :)

Terima kasih.
Jika pembaca posting ini ada kritik, saran, dan sanggahan, SILAKAN ^^

04 December 2012

Pemilihan Kades


Hujan ini membawaku mengalun ke beberapa hari yang lalu ketika pilkades berlangsung. Aku belum cerita bukan mengenai hasil dari pilkades itu.

“Memang penting?” tanyamu pasti.

“Tentu saja penting!” kataku tegas.

“Kenapa penting?” tanyamu lagi.

Dan berulang, aku menjawab pertanyaanmu, “karena aku akan banyak bercerita di sini. Banyak bercerita mengenai hal-hal yang tentu saja baru bagiku.”

Lantas kamu terdiam dan aku terus bercerita.

Aku mulai ceritaku.

Pilkades kemarin menghadirkan dua calon dengan simbol gambar kelapa dan jagung. Aku sendiri tentu saja memilih salah satu dari salah dua pilihan tersebut. Jika pihak kelapa aku sebut sebagai penguasa dukuh Barat, aku menyebut pihak jagung sebagai penguasa dukuh Timur. Dan desa aku tinggali bernama desa Barat-Timur (BT)

Masing-masing calon beserta tim suksesnya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaring dan mendata siapa saja kiranya yang akan masuk menjadi pemilih tetap. Di BT, kami menyebutnya SABET. Sabet inilah yang menjadi tim sukses dan kadang merangkap menjadi penyandang dana. Sabet ini akan mencari BITING (calong pemilih tetap) untuk dijadikan sasaran.

Hmmm… pernah mendengar adanya “amplop” sebagai tanda ucapan terima kasih karena telah memilih calon kades? Iya, amplop ini ternyata dibagikan secara nyata. Tidak lagi sembunyi-sembunyi atau melalui jalur belakang. Aku sendiri tak mengira bahwa ternyata antara calon pemimpin dan rakyatnya saling mendukung untuk berbuat tidak baik.

Jumlah nominal di dalam amplop juga mempengaruhi besar minat calon pemilih untuk memilih calon kades. Semakin tingga nominal, semakin tinggi hasrat calon pemilih untuk menjadi pemilih tetap. Kecuali orang-orang terdekat calon kades. Biasanya mereka akan dengan sukarela memilih calon kades tersebut.

Sebenarnya aku tak terlalu heran dengan istilah "amplop" ini. Sudah biasa bagiku yang hidup di tengah-tengah kepalsuan keadilan. Yang aku herankan adalah bukti dari kesanggupan mereka untuk memilih calon kades ketika pemilihan berlangsung. Tau apa yang mereka perbuat? Mereka memotret kertas yang digunakan untuk memilih dengan coblosan pada gambar tertentu. Inilah bukti yang mereka maksud. Bukti bahwa mereka benar-benar telah menerima amplop dan menyanggupi untuk memilih calon kades tersebut.

Waktu aku di dalam bilik pemilih, aku tak habis pikir akan masalah ini.  Bahkan aku tak pernah berpikir mengabadikan moment pencoblosan itu. Aku baru mengetahui ini beberapa hari setelah merebak kabar banyak pemilih yang ingkar. Iya, ingkar menjadi biting.

"Sudah selesai ceritanya?" tanyamu memotong ceritaku.

Aku langsung tergagap, "apa kamu bosan?"

"Tidak. Hanya saja, mungkin kamu perlu menyembunyikan permasalahan yang kamu ceritakan tadi itu," katanya tegas membuatku bingung.

"Ada yang salah dengan ceritaku? Apa kamu tidak suka?"

"Bukan begitu. Aku hanya tak ingin jika suatu saat nanti aku menemuimu di bui."

Tak ada lagi ucap. Tak ada lagi kata. Semua ceritaku berakhir dalam kepalsuan.

25 November 2012

PILKADES

Sudah lama ya gak posting xixi. Keasikan main game, maaf maaf.

Hmm, mau cerita apa ya? Oke, mumpung sekarang di kampung lagi rame pemilihan kepala desa mungkin saya ingin sedikit membahas mengenai ini.

Pernah baca novel Jatisaba karya Ramayda Akmal? Belum? Silakan beli ya, itu novel punya kakak tingkat saya wkwkwkw *promosi

Yak, waktu saya baca Jatisaba. Saya sempat tidak percaya bahwa pemilihan kepala desa itu penuh intrik. Penuh dengan strategi yang terkadang susah untuk dinalar. Banyak masyarakat yang saling curiga. Saling menghimpun kekuatan untuk melawan pesaingnya dan sebagainya. Tidak jarang, hal-hal kecil seperti letak rumah, no urut pencalonan, nama calon, lambang, menjadi perbincangan hangat yang disangkutpautkan dengan hasil yang akan diperoleh nanti ketika pengumuman Kades.

Dulu, waktu saya kecil--masih SMA--baik-baik saja ketika mengetahui adanya pemilihan Kades. Meskipun orang tua membicarakan hal ini, saya tak pernah ambil pusing karena toh saya tidak memiliki hak suara. Sekarang?  Sekarang saya punya hak suara dan saya galau. Mau pilih yang mana? Hmm, tapi bukan itu yang akan saya bahas di sini.

Lanjut!

Dari sekian banyak cerita yang saya terima mengenai pemilihan Kades saya hanya menyimpulkan satu kata: KEREN.

Keren karena banyak orang yang terpecah akibat salah satu atau dua dst.nya mendukung pihak yang lain. Keren karena banyak antek-antek di belakang sana berkeliaran. Keren karena ternyata berlaku jujur itu susah. Keren karena jika tak bersikap curang, justru akan dikucilkan oleh yang lain. Keren karena bukan hanya manusia yang berjalan di pemilihan. Dan masih banyak kekerenan yang lain.

Lalu saya cuma bisa bilang WOW :D

Yuk ah, kalau bisa budayakan bersikap jujur dan adil. Rakyatmu membutuhkan kejujuran dan keadilan. Bukan membutuhkan persaingan yang tidak adil.

Ttd
Warga (yang juga kurang) baik

12 October 2012

Akhir Musim Kemarau, Awal Musim Penghujan

Beberapa hari lalu, gerimis dan hujan sempat singgah di desa Agung Mulyo. Ya, masih sekedar pelepas dahaga tanah yang telah lama tak basah karenanya. Musim kemarau kali ini lebih panjang dari yang seharusnya. Jika para petani sawah, ladang, dan sebangsanya rebut karena kemarau dan tak ada air, lain halnya dengan warga desa Agung Mulyo. Mereka bersuka cita menyambut lamanya kemarau karena hal ini tentu saja memperpanjang masa produktif penghasilan mereka.

Bagi petani garam, kemarau adalah ladang “uang”. Hampir seluruh penduduk desa Agung Mulyo akan berbondong-bondong ke lahannya masing-masing untuk membuat garam. Saat ini, karena mendekati musing penghujan para petani garam akan semakin semangat memanen garamnya. Berlomba-lomba memasarkan hasil panen. Kenapa? Karena mendekati musim penghujan, biasanya harga garam akan mulai naik.

Untuk harga garam sendiri tak bisa diprediksi kapan akan naik karena hal ini tergantung dengan cuaca dan juga banyaknya pasokan garam yang diproduksi. Seperti kemarin, hanya semalam hujan deras, harga garam mulai naik kembali. Ini juga berpengaruh terhada penjualan garam curah/briket ke konsumen.

Memasuki bulan Oktober yang biasanya terhitung sebagai musim hujan, para petani garam sudah mulai gelisah. Gerimis dan hujan sudah mulai menyapa mesti belum rutin setiap hari. Mendung yang mulai menebal semakin menambah was-was petani garam karena hal tersebut adalah sinyal akan berakhirnya masa produksi garam.

Hmmm, tapi itulah musim di Indonesia. Jika kemarau terus, bagaimana dengan nasib masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada musim hujan? Yuk, marilah sama-sama kita bersyukur atas segala kemurahan yang diberikan oleh Tuhan YME.

Petani garam dengan garamnya

11 October 2012

Pembuatan SKCK

Mungkin hari ini saya seperti orang kebanyakan yang sedang mencari persyaratan untuk melamar pekerjaan. Tapi untuk saya, ini hanya sebatas pengen mencoba. Kalau diterima ya syukur Alhamdulillah, kalau misalnya gak yasuda gak papa saya akan mencari yang lain.


Salah satu persyaratan yang dicantumkan adalah SKCK. Ya, Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Dulunya bernama SKKB, Surat Keterangan Kelakuan Baik (kalau gak salah).

Sebagai seorang yang masih awam di dunia pekerjaan, tentu saja saya gak terlalu ngerti kenapa  seorang pelamar harus menunjukkan surat keterangan ini. Setelah saya telusuri lewat internet, saya menyimpulkan: surat ini adalah keterangan tentang kehidupan kita sebagai seorang individu sosial yang hidup di Negara Republik Indonesia tercinta ini yang penuh dengan tata aturan (hukum) dan perundang-undangan >> ini terlalu panjang, abaikan!

Intinya, SKCK adalah rekab kehidupan sosial kita di mata hukum dan perundangan.

Seperti yang saya baca di beberapa situs Polres, persyaratan yang ditulis dalam situs tersebut juga berlaku di Polsek Juwana dan Polres Pati.

Uraian mengenai pembuatan SKCK kurang lebih kalau di Juwana seperti ini:

1.       Meminta surat keterangan/pengantar dari desa tempat tinggal yang ditandatangani Kades dan capnya. (Ini saya tidak dipungut biaya)

2.       Ke Kantor kecamatan untuk meminta tanda tangan dan cap, melengkapi surat keterangan/pengantar yang dibawa dari desa. (ini dipungut biaya seikhlasnya)

Sekedar cerita sebelum no.3, karena tadi beliau mengatakan seikhlasnya. Saya pun memberikan seikhlasnya. Berapa? Nanti dulu. Di kantor camat, saya hanya meminta tanda tangan dan cap saja. Tidak ada yang lain, serta tidak ada peraturan yang mengharuskan pengaju SKCK untuk membayar jasa dll. Dengan seikhlasnya saya memberikan nominal 2,5 k. Berapa itu? Sila pikir sendiri. Tadi itu yang menerima nominal tersebut sempat memandang saya lama. Haha. Saya gak ngerti apakah itu tatapan gak suka, atau gimana. Kan Bapak bilang seikhlasnya, toh?

3.       Ke Polsek Juwana. Memberikan persyaratan yang dibutuhkan untuk membuat SKCK di Polres Pati. Di polsek  kita akan diberi 3 lembar formulir. Isinya mengenai informasi pribadi kita dan keluarga kita. (dikenai biaya 10 k, ini menurut UU yang berlaku)

ini yang saya foto dari polsek Juwana

Pertanyaan yang masih terngiang seputar informasi pribadi dan menurut saya “lucu” yaitu mengenai ciri-ciri fisik kita. Antara lain, bentuk dan warna rambut, warna kulit, bentuk wajah, perawakan badan, tanda/ciri khusus pada tubuh. Waktu ngisi ini saya sempat tertawa. Hehe. Apa yang saya isi:
Rambut: hitam berombak
Warna kulit: cokelat
Bentuk wajah: bundar
Perawakan: tinggi gemuk
Ciri khusus pada tubuh: tailalat di bawah mata

Selalu ngekek waktu inget ini karena sama polisi yang mengoreksi dibetulin jadi gini:
Warna kulit: sawo matang
Bentuk wajah: oval

Sempat bertanya, cokelat kan warna, Bapak? Beliau menjawab, nanti kalau cokelat kesannya kayak makanan. Lalu tentang wajah, kenapa bundar harus dibetulkan, Bapak? Beliau menjawab, nanti kalau bundar kesannya juga kayak makanan, mirip bakpao dong.

Saya ngekek sejadi-jadinya.

4.       Ke Polres Pati. Menyerahkan data dari Polsek Juwana. Isi formulir.

Formulir yang diisi kurang lebih sama dengan yang diberikan di Polsek Juwana, tetapi yang di Polres Pati ini lebih terperinci lagi. Karena termasuk bentuk hidung, gigi, telinga, kening, dll.

5.       Cap jari, isi formulir. Formulir yang ini untuk cap 10 jari tangan. Sekedar info, zat cair yang dipakai untuk cap jari bukanlah tinta yang biasa dipakai untuk cap, namun olie (kayaknya). Waktu cuci tangan gak hilang-hilang. Baru hilang ketika diberi sabun colek. Usai cap 10 jari, pengaju SKCK dikenai biaya 10 k dan menyerahkan 2 lembar foto 4x6 cm.

6.       Proses print SKCK—Selesai. Hasil akhirnya adalah selembar kertas SKCK. Pemilik SKCK akan dikenai biaya 15 k dan menyerahkan 4 lembar foto 4x6 cm.

7.       Fotokopi

8.       Legalisasi (gratis)

9.       Finish!

Sekian cerita pembuatan SKCK saya hari ini. Oia, untuk yang perpanjangan SKCK kayaknya alurnya berbeda. Juga SKCK yang digunakan untuk tenaga kerja luar negeri, syarat-syaratnya agak berbeda.

*Untuk pas foto 4x6 cm itu jangan lupa menggunakan background foto warna merah.

07 October 2012

Happy Song: ShowTime Indonesia

Tampilan awal, ada mba Citra Scholastika
Setiap orang pasti pernah menyanyi bukan? Dan menyanyi ini bisa dijadikan hobi, iseng, cita-cita, bahkan menjadi profesi. Anyway, saya suka nyanyi--padahal suara saya memang gak sebagus suara Desta (keseringan nonton OVJ). Berkat teman saya--yang tidak perlu disebutkan namanya--saya addict sama game yang berkaitan dengan menyanyi ini.

Game tersebut adalah Showtime Indonesia. Gara-gara game ini suara saya jadi kayak kodok. Oke, sekilas mengenai game ini.

ShowTime Indonesia (saya singkat STI) merupakan game buatan Indonesia dan gratis alias tidak dipungut biasa. Biaya yang dikeluarkan cukup biaya modem/wifi/speedy dll karena game ini hanya bisa dilakukan secara online.

Seperti game-game kebanyakan, game ini juga menggunakan avatar. Dan avatar juga dapat didandani sedemikian rupa menurut selera masing-masing.

Di STI, pemain game akan bertemu dengan manusia-manusia yang juga addict dengan menyanyi. Ya, ada yang suaranya pas-pasan kayak saya, tapi ada juga yang suaranya emang beneran bagus. Lhoh kok bisa tahu? Iya dong. Jadi, di game ini kamu bisa mendengarkan suara orang lain ketika kamu tidak dalam mode menyanyi. Seru kan! hehehe

Yah, jadi begitulah. Saya jadi keseringan main di depan leptop sambil nyanyi-nyanyi sendiri dan ketawa-ketawa sendiri.

Happy Song!

28 September 2012

Pesta Perselingkuhan

Hari ini terlewati sangat lama. Hari yang biasa kulewati dengan taburan energi positif kini temaram sudah. Tawa teman-teman kantor yang biasa membuat gairah kerjaku meningkat kini seperti petaka yang mengikat. Aku lemah tak berdaya. Mematut diri di depan cermin toilet dan hasilnya hanyalah butiran bening yang meluncur begitu saja dari sudut mata. Melunturkan maskara. Tuhan, bisa aku minta kepada-Mu untuk men-skip hari ini?

Jam istirahat. Begitu teman-teman kantor berceloteh. Menghentakkan pikiran yang tiba-tiba kembali ke tempatnya lagi. Aku sendiri sudah tak berminat untuk sekedar memasukkan makanan ke mulutku. Perutku sudah penuh dengan kebohonganmu. Ah, kamu lagi ... kamu lagi ... kamu lagi!

Dulu kamu pernah mengatakan jika aku adalah sosok perempuan yang sangat pintar. Kamu juga pernah mengatakan kalau kamu akan melakukan semuanya untukku. Tapi aku selalu mengelak ketika kau berucap seperti itu. Aku selalu mengatakan bahwa kamu adalah pekerja keras yang tak kenal lelah. Dan ketika kamu berucap tak bisa melakukan sesuatu, aku selalu mendukungmu, menyemangatimu.

Lalu, balasmu?

"Kau terlalu pintar, Ken! Aku tak pantas jika nantinya menikah denganmu. Lihat saja di kantor! Aku bawahanmu bukan?"

Setelah itu, kamu tak pernah menyapaku lagi di kantor. Bahkan kamu selalu menghindar ketika aku berusaha untuk menjelaskan pekerjaan dan bukan mengenai kita?

Ah, entahlah. Kutahu sekarang bahwa kemarahanmu tempo lalu itu hanyalah omong kosong. Kemarin , mungkin aku tak sempat mengucapkan selamat itu kepadamu. Dan hari ini mungkin aku juga takkan sempat lagi. Selamat atas pesta perselingkuhanmu kemarin. Dan selamat karena hari ini kamu merayakannya lagi di kantor. Tepat makan siang.

Lambang Cinta

"Ja, kalau lambang cinta biasanya kayak gini kan?" ujar Nilam sambil melukis gambar hati di hamparan pasir pantai Parangtritis.

"Aku sempat bingung membedakan apakah itu sebenarnya gambar hati atau gambar jantung. Karena menurutku gambar ini sama dengan gambar hati dan jantung," celoteh Nilam masih terus memberondong. Kibaran angin yang menghempas ombak senja itu tak mau tahu dan masih saja mempermainkan apa saja yang dilaluinya. Termasuk Nilam.

Nilam masih mempermainkan ranting kayu yang ditemukannya tadi ketika ia berjalan menyisir pantai. Kaki-kaki telanjangnya bersetubuh dengan buih air yang girang berlarian.

"Ja, apakah tadi aku sudah bilang? Kalau sebenarnya persepsiku mengenai lambang cinta ini bukanlah mengenai gambar hati atau jantung."

Nilam menghela napasnya sebentar. Memandang lautan lepas yang tiada batas. Senja masih terhias dan sebentar lagi sosok itu akan terbias. Berganti malam. Tampak pasangan muda-mudi saling melingkarkan tangannya. Saling merengkuh agar tak terpisah jauh.

Nilam menatap senja. Dengan bulatan hitam matanya yang nanar, akhirnya ia mengatakan hal tersebut.

"Ja, lambang cinta itu sebenarnya adalah aku dan seseorang yang sekarang telah mengisi hatiku. Aku pernah menggambar itu di sini. Ini aku, dan ini  dia." Nilam masih menggambar. "Jika ini dirangkai menjadi satu, maka ... hap! Terjadilah lambang cinta yang aku maksud."

"Hmm ... sepertinya sudah semakin sore. Senja yang baik, aku harus pulang. Besok lambang cintaku akan menemuiku di pelaminan. Setelahnya, aku akan ke sini lagi. Mengukir lambang cinta yang sebenarnya."

26 September 2012

Kamar (Privasi)

Entah kenapa, pagi-pagi gini saya pengen nulis :) *tumben

Sekarang, saya sudah punya kamar sendiri lhooohh di rumah *njuk ngopo? Hehe ...

selamat datang di kamar baru (before)
Saya sempat curhat kalau saya sudah di rumah dan tidak memiliki kamar. Sekarang, saya sudah punya kamar sendiri :) Seperti kamar kos saya sebelumnya, semua barangnya sama. Sehingga membuat saya semakin betah di kamar.

Meski di awal-awal kemarin, saya menyuruh adek saya untuk menemani saya tidur selama tiga malam. Ini disebabkan oleh kamar yang sekarang saya huni adalah kamar yang sudah 5 tahun tidak dihuni. Setelah saya bersihkan bersama Ibu, menjelmalah kamar yang sudah tak menyeramkan lagi. Jangan salah, Ibu saya pun takut dulunya kalau di suruh ke kamar ini.

Ini ruang privasi saya dan saya belum ingin membaginya.

Selamat berkarya!
 
before

after

before

after--berantakan itu tanda belajar :P

25 September 2012

Jalan Lain



Lian terpekur di dalam kamarnya yang gelap. Sengaja tak ia nyalakan lampu yang biasa meneranginya. Padahal ia bukanlah gadis yang suka gelap. Suasana hatinya sudah tak lagi mengingat fobia yang dideritanya.

Butiran bening itu masih tetap saja meluncur dari sudut matanya. Tanpa jeda, seperti aliran memori yang kini berhias di setiap tetes butiran itu. Keinginannya melanjutkan kuliah kandas di tengah jalan. Koran yang memuat ribuan nama dan namanya itu hanyalah fatamorgana yang tak jadi terwujud.

***

“Ibu, hanya seorang pedagang jamu, Nak. Maafkan ibu jika tak bisa membiayai cita-citamu untuk mejadi dokter,” tutur Ibu Lian, parau. Ibu sebenarnya tak ingin melontarkan tuturan tersebut.
“Tak apa, Bu. Mungkin ini belum jalan Lian. Lian akan terus berusaha untuk menggapai cita,” katanya, berlalu meninggalkan Ibu yang masih terduduk di ruang tamu.

***

Lian berjalan gontai menuju kamar, menutupnya, mengunci diri. Gelap. Ia tak tahu, di balik jalan ini, masih terbentang jalan panjang yang bercabang.

Mozaik Rindu Surya



“Ingin kuurai mozaik rindu yang kian menggebu
Seperti ingin kuurai hati yang sekarang tak berpenghuni
Laras … aku ingin kamu kembali berada di dada kiri”

Surya meletakkan kembali pena yang tadi ia gunakan untuk menulis. Menorehkan tinta hitam, sehitam pengakuannya kepada notes yang kini masih berada di mejanya. Terbuka. Terlihat lingkaran lembab yang merembes dalam notesnya, hasil dari Kristal-kristal bening yang keluar dari matanya.

***

“I love you, Laras,” bisik Surya tepat di cuping telinga lembutnya.
“I loye you more, Surya,” lembut suara LAras menggetarkan hati Surya. Ia semakin merapatkan pelukannya. Mencoba menahan agar Laras tak pernah lepas sedetikpun dari genggaman hatinya.

***

“Laras, aku bukan manusia seperti yang kamu pikirkan
Aku adalah Surya, sama seperti dulu ketika awal berkenalan
Bukan Surya seperti pemberitaan
Ini di luar batas kemampuan
Bukan aku yang melakukan
Terbukti, 2 tahun berselang aku dibebaskan
Sabu itu milik teman yang ketinggalan”

Surya menyudahi ritualnya menulis notes. Membereskan peralatan tulis yang berserakan di meja kerjanya. Seperti ia membereskan sisa reruntuhan hatinya yang lantak karena Laras.

24 September 2012

Profesi: Petani Garam

Sejak di rumah, saya selalu bergelut dengan garam. Ya, sempat takut juga kalau ternyata setelah di rumah saya akan menjadi asin dan keasinan :D Sayang kan, kalau sudah manis gini jadi asin? << lupakan!

Rumah saya yang notabene sangat dekat sekali dengan perairan laut Jawa membuat saya dan warga desa yang saya tinggali ini memiliki mata pencaharian utama sebagai petani tambak dan garam.

Sebentar, terlepas dari itu semua orang yang memiliki profesi mengolah tambak dan garam tidak bisa disebut nelayan bukan? Mungkin harus ada kosakata baru untuk profesi ini agar tidak meminjam kata petani.

Di musim kemarau seperti ini, hampir 90% warga di desa ini akan mengolah lahan tambaknya untuk dijadikan lahan bertani garam. Mereka biasa menyebut ini dengan koen (baca: kowen). Sama seperti tambak, biasanya berbentuk segi empat dengan luas kira-kira 5--8 meter persegi. Akan tetapi, kedalamannya tidak sampai 1 meter. Paling hanya 10--20 cm.

koen petani garam
Proses pengkristalan garam biasanya membutuhkan waktu sehari (apabila cuaca panas dan disertai angin). Pernah suatu ketika cuacanya sangat panas tetapi tak ada angin, pengkristalan garam tidak berlangsung dengan baik. Garam yang dihasilkan lembut, seperti es krim. Bahkan ada kowen yang pengkristalannya tidak terjadi. Mereka menyebutnya gandor yang artinya tidak keluar. Kata ini biasa digunakan dalam istilah garam dan tambak.

Seusai garam tersebut digaruk, garam tersebut akan dicuci terlebih dahulu agar putih. Oh ya, kualitas garam terlihat pada putihnya garam dan hal ini dipengaruhi oleh proses pemanasan dan pencucian.

Garam yang sudah dicuci tersebut biasanya ditimbun di suatu tempat, kami biasa menyebutnya godang >> gudang garam. Transportasi yang dipakai untuk mengangkut garam yang sudah jadi tersebut (garam curah) adalah sepeda onthel dan sepeda motor. Sepeda motor ini merupakan dampak modernisasi karena lebih efisien, hemat, dan tidak menguras banyak tenaga. 75% pengangkut garam di desa ini telah menggunakan kendaraan bermotor. Sisanya, masih menggunakan sepeda onthel.

pengankut dengan sepeda yang waktu itu karena sepeda sudah tua, rodanya tak sengaja bengkok

pengangkut dengan kendaraan bermotor @ CV. Dua Roda

Terkadang ada pula yang godang-nya sudah penuh sehingga mereka langsung menjualnya ke pengepul. Biasanya pengepul ini adalah orang-orang yang memiliki pabrik garam atau memiliki pasarnya sendiri. Untuk saat ini (tertanggal 24 September 2012) harga garam perbojog dibeli seharga Rp.50.000,00. Garam per bojog beratnya rata-rata 175--200 kg.

Yak, sekian laporan dari TKP >> Ds. Agung Mulyo >> desaku yang sangat kucinta. Desa penghasil garam dan penghasil bandeng serta udang.

Mengenai proses garam ini dapat dlihat di Lika-Liku Garam.

23 September 2012

Saya atau Aku?

Selamat sore, pemirsa blog SUARAKU :)

Tiba-tiba saya teringat mengenai kata yang seharusnya tidak saya pakai, tapi tanpa sadar kata tersebut saya pakai juga. Masing ingat postingan ini? Aku tanpa Saya dan Kamu tanpa Anda adalah tonggak kelahiran penyebutan diri saya di blog ini << ini lebay.

Dulu saya pernah bilang untuk mengganti kata saya menjadi aku dan anda menjadi kamu tapi hal itu tak dapat dibohongi dengan hanya langsung menggunakannya. Ada kalanya saya lebih enak menyebut diri saya sebagai saya dan ada kalanya menjadi aku. Jadi, karena itulah saya memutuskan untuk menyudahi asumsi saya mengenai pemakaian kata-kata tersebut :D

Jadi sekarang saya akan memakai kata-kata tersebut sesuai kebutuhan saya. Mungkin ketika saya curhat, saya akan lebih tertarik menggunakan kata aku daripada saya :D hehe

Oke! Keep writing :)