“Ingin kuurai mozaik rindu yang kian menggebu
Seperti ingin kuurai hati yang sekarang tak berpenghuni
Laras … aku ingin kamu kembali berada di dada kiri”
Surya meletakkan kembali pena yang tadi ia gunakan untuk
menulis. Menorehkan tinta hitam, sehitam pengakuannya kepada notes yang kini masih
berada di mejanya. Terbuka. Terlihat lingkaran lembab yang merembes dalam
notesnya, hasil dari Kristal-kristal bening yang keluar dari matanya.
***
“I love you, Laras,” bisik Surya tepat di cuping telinga
lembutnya.
“I loye you more, Surya,” lembut suara LAras menggetarkan
hati Surya. Ia semakin merapatkan pelukannya. Mencoba menahan agar Laras tak
pernah lepas sedetikpun dari genggaman hatinya.
***
“Laras, aku bukan manusia seperti yang kamu pikirkan
Aku adalah Surya, sama seperti dulu ketika awal
berkenalan
Bukan Surya seperti pemberitaan
Ini di luar batas kemampuan
Bukan aku yang melakukan
Terbukti, 2 tahun berselang aku dibebaskan
Sabu itu milik teman yang ketinggalan”
Surya menyudahi ritualnya menulis notes. Membereskan
peralatan tulis yang berserakan di meja kerjanya. Seperti ia membereskan sisa
reruntuhan hatinya yang lantak karena Laras.
No comments:
Post a Comment