Update: kuposting lagi cerita ini, setelah sekian lama kusimpan di draft. Ini cerita tentang penyakit Ibuku. Beliau berpulang di tahun 2017.
.
.
Akhirnya bisa posting di blog. Sudah lama ya. Bulan
kemarin pun saya tidak posting sama sekali. Aih kangennya nulis blog :3
Kemarin saya memang agak sibuk. Bukannya mau buka rahasia
keluarga, tapi ini kenyataan. Toh ngapain ditutup-tutupin. Ini sudah bukan
rahasia umum lagi. Justru dapat dijadikan pelajaran.
Oke! Saya baru pulang dari Solo, tepatnya dari RS. Moewardi.
Ngapain? Pindah tidur. Hehehe…
Ibu saya habis dirawat dan opname di sana. Sakitnya TB (Tuberculosis).
TB lanjut, biasa disebut TB MDR (Multi Drug Resistanse) atau biasa lebih
mudahnya TB resistensi obat atau lebih
mudahnya lagi TB kebal obat. Yang dimaksud kebal obat di sini ialah kebal obat
untuk pngobatan yang pertama.
Saya cerita dulu dari pengobatan pertama. Pengobatan
pertama ini biasanya suntik selama dua bulan dan dibarengi obat kapsul selama 6
bulan. Ibu saya sudah melakukan pengobatan ini. Setelah pengobatn ini pun sudah
dinyatakan negative oleh lab dan disetujui oleh dokter. Hingga beberapa bulan kemudian
ibu mulai batuk kembali, dan kami coba untuk lab dahak. Hasilnya positif (bakteri TB)./ Kemudian kami dirujuk ke Solo untuk hasil cek lab karena dicurigai positif TB
MDR. Kenapa di solo? Karena di pulau Jawa baru ada di Jakarta, Surabaya, dan Solo.
Proyek inipun merupakan donate dari US AID (United States Agency International
Development) dan diresmikan di Solo pada tanggal 1 April 2011. Jadi semua pembiayaan opname dan lain-lain untuk TB MDR gratis tis tis tis.
Berhubung hasilnya positif, Ibu harus dirawat di sana.
Inipun ternyata antri. Di ruang isolasi tersebut baru ada 6 kasur, untuk 6
pasien. Tempatnya hanya disekat oleh kain. Setelah menunggu sekitar 3 bulan, Ibu
akhirnya dipanggil dan melakukan perawatan intensif di ruang isolasi TB MDR
tersebut.
Kami sampai di Solo, tanggal 22 Maret 2013, dan langsung
mondok. Kebetulan saya yang kebagian menunggui Ibu. Jadi dari awal masuk sampai
keluar RS, hari ini tanggal 9 April 2013, saya yang bertanggung jawab menjaga Ibu.
Oke, gak perlu berpanjang lebar ya.
Masuk ke pengobatan selama di ruang isolasi TB MDR. Selama
di ruangan, semua pasien, pegawai, penunggu, penjenguk diharapkan memakai
masker. Tidurpun saya harus memakai masker sampai-sampai hidung saya tambah
mancung ke dalam :D *gak ding gak sampe mancung ke dalam kok hehe. Sebelum
pengobatan pun pasien menjalani beberapa cek dan tes. Seperti detak jantung,
THT, darah, dahak, kadar gula, berat badan (BB), tinggi badan (TB), rongsen *ini
gimana tulisannya ya, dll. Kenapa perlu dicek, karena ternyata efek dari obat
yang ditimbulkan sangat beragam. Juga untuk menentukan jumlah obat yang akan
diberikan kepada pasien. Ibu saya kebagian 20 obat tiap hari + suntik.
Pengobatan kedua ini akan berlangsung selama 2 tahun
tidak putus, yaitu 6 bulan obat kapsul + suntik, sisanya 1,5 hanya obat kapsul saja.
Keluarga sangat dibutuhkan sekali dalam penyembuhan ini. Karena ternyata ini tidak mudah. Selain TB yang merupakan penyakit menular dan efek samping yang beragam, minum obat tiap hari selama 2 tahun penuh itu tidaklah mudah. Apalagi untuk Ibu, 20 butir obat tiap hari. Semangat mom :*
Keluarga sangat dibutuhkan sekali dalam penyembuhan ini. Karena ternyata ini tidak mudah. Selain TB yang merupakan penyakit menular dan efek samping yang beragam, minum obat tiap hari selama 2 tahun penuh itu tidaklah mudah. Apalagi untuk Ibu, 20 butir obat tiap hari. Semangat mom :*
Kenali gejala TB sejak dini karena penyakit ini ada di
sekitar Anda. Selalu jaga kesehatan dan senantiasa terapkan pola hidup sehat. Semoga sukses! :)
.
.
No comments:
Post a Comment