"Iya. Kenalkan, ini Agung, Reni, Wijaya, Ketut. Dan, nanti di dalam masih banyak lagi," katanya sambil menunjuk ke ruang latihan teater mereka.
Aku tak sempat menanyakan kepada mas, nama teater itu. Setahuku, aku kemudian bergabung dalam bengkel teater tersebut. Aku berusaha keras untuk mengakrabkan diri, karena aku orang baru.

Hingga suatu hari....
"Adekmu itu tidak bisa apa-apa! Ia selalu bercanda ketika sedang latihan!" kata Reni, sebagai sutradara.
Masku hanya diam, tak berani membela. Ia justru ikut menyalahkan aku. "Bagaimana kamu ini? Katanya dari jurusan Sastra Indonesia, tapi tidak bisa teater?" katanya, semakin memojokkan aku.
Aku hanya diam. Pandanganku dikaburkan oleh lelehan air mata. Tak kuasa dengan perkataan teman-teman. Aku lari kembali pulang ke kos. Mengemasi barang. Aku ingin pulang ke tempat asalku.
Hoammm. Zzzzzz.... Aku terbangun dari tidur dengan lelehan air mata di pipi.
No comments:
Post a Comment