Hari ini usia adek tepat 4 Minggu. Alhamdulillah, adek
sehat dan baik-baik saja. Rewel juga jarang. Paling kalau rewel karena minta
ASI (air susu ibu) emaknya atau karena pipis/pup.
Ngemeng-ngemeng soal ASI. ASI memang penting untuk bayi
dan setiap ibu sudah pasti (bisa) memproduksi ASI. Benarkah?
Jujur saja saya kesulitan memproduksi ASI. Awalnya, dulu
ketika IMD (inisiasi menyusui dini) saya sudah mencoba untun menyusui adek.
Sampai adek nangis karena ASI saya belum keluar dan puting yang tidak keluar.
Sebentar! Ini bukan hal yang tabu ya. Bagi (calon) ibu seperti saya informasi
seperti ini sangat penting sekali. Oke, lanjut!
Iya, waktu itu ASI saya belum mau keluar dan puting juga
susah untuk disusu oleh adek. Alhasil, karena kasihan, saya meminta bidan untuk
menyusui adek dengan susu formula (sufor).
Teori dan penelitian membuktikan—dari yang saya baca di web-web
kesehatan (melalui jejaring internet), bahwa seorang (calon) ibu pasti bisa
menghasilkan ASI dan menyusui bayinya. Praktiknya, hal ini memang (agak) susah.
Banyak (calon) ibu yang kesusahan dan merasa bersalah karena tidak bisa
memberikan bayinya ASI. Contoh kasus, saya sendiri. Daripada ngambil kasus
orang lain toh.
Nah, dari Informasi yang saya baca di web-web kesehatan
tersebut menyatakan bahwa seorang ibu pasti bisa menghasilkan ASI dan menyusui
bayinya. Dalam kasus saya, banyak hal yang bisa menyebabkan ASI tidak lancar
keluar. Di antara hal-hal yang banyak itu, hal yang paling mengena di hati saya
adalah posisi saat menyusui. Kenapa?
Posisi saat menyusui banyak berpengaruh pada kuantitas ASI
yang keluar. Hal ini juga dipengaruhi oleh posisi bayi dalam menyusu payudara ibu
dan atau posisi ibu dalam menyusui bayi. Saya sendiri mengetahui hal ini
(lagi-lagi) dari internet. Posisi ibu yang salah atau kurang nyaman saat
menyusui mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit. Oleh karena itu,
dianjurkan bagi ibu untuk mengetahui tatacara menyusui yang baik. Sayangnya,
ketika saya melahirkan di bidan, bidan tersebut tidak memberitahu saya. Mungkin
bidang tersebut tahu, tetapi karena pasien tidak bertanya jadinya tidak diberi
tahu. Tahukah Anda, puting yang lecet itu disebabkan oleh posisi menyusui yang
salah?
Lanjut mengenai posisi bayi ketika menyusu. Menurut teori
(lagi-lagi teori), agar ASI keluar dengan lancar, bayi seharusnya menyusu pada
payudara ibu. Jadi, bukan hanya pada puting ibu. Jadi ketika bayi melahap
puting ibu, usahakan bayi juga melahap bagian areola (bagian yang berwarna hitam
pada sekitar puting ibu).
Yang di atas itu menurut teori dan penelitian yak.
Faktanya, banyak ibu-ibu di sekitar saya yang tidak bisa menyusui anaknya
karena produksi asinya sedikit atau bahkan tidak keluar sama sekali. Nah loh?
Aneh kan? Contoh kasus: saya lagi :D
Awal mula memang saya tidak bisa menyusui adek. Hal ini
berlangsung selama lebih kurang empat hari. Banyak yang bilang karena puting
saya yang terlalu pendek—ini waktu saya belum mengetahui tatacara menyusui yang
baik. Akhirnya saya membeli puting sambungan. Padahal puting sambungan ini juga
ternyata tidak bagus untuk produksi ASI. Dan ini juga tidak berhasil. Adek
sudah lama menyusu tapi ASI juga tidak mau keluar. Saya dan adek tidak bisa
bekerja sama dengan baik. Lalu atas saran orang-orang juga, saya akhirnya beli
pompa ASI—dan beberapa hari ini saya baru tahu kalau memakai pompa juga tidak
baik untuk kesehatan payudara. Ya, memang pompa ASI lumayan agak membantu. ASInya
mau keluar meski sangat sedikit sekali. Saya taruh di gelas hanya dapat
1/20-nya gelas. Jadi sangat sangat dan sangat sedikit sekali.
Saya hampir putus asa. Tapi suami dan keluarga tetap
mendukung agar adek bisa menyusu dengan ASI. Tak urung, saya kadang juga sedih
dan menangis. Apa lagi adek sudah nyaman dengan sufornya. Tapi saya tetap
bertekad ingin menyusui adek. Meskipun sedikit tak apa, nanti bisa diselingi
dengan sufor.
Kurang lebih satu minggu saya masih menggunakan pompa dan
puting sambungan. Masih mencoba-coba. Memang ada sedikit peningkatan produksi ASI
dari hari ke hari. Meski puting lecet karena kurang nyaman juga pakai puting
sambungan. Hingga akhirnya saya mengakhiri semuanya *dibikin dramatis*. Saya
tidak pakai puting sambungan dan pompa ASI lagi ketika mengetahui hal-hal buruk
yang terjadi akibat alat bantu tersebut. Lantas saya memakai apa?
Setelah mengetahui teori-teori dan penelitian yang saya
ceritakan di atas (tatacara menyusui yang baik) saya mencoba tidak memakai alat
bantu apapun. Awalnya memang susah karena adek sudah terbiasa pakai botol susu
dan sufor. Sampai akhirnya adek bisa menyusu juga pada payudara saya. Adek dan
saya bisa bekerjasama dengan sangat baik, meski sampai sekarang ASI yang saya
produksi masih belum bisa memenuhi kebutuhan adek. Sehingga di samping adek
menyusu dengan ASI, adek juga minum sufor dari botol susu.
Semoga tulisan ini berguna untuk (calon) ibu-ibu yang
kesulitan untuk menyusui ASI bayinya. Semangat ya, Mom! Jangan pantang menyerah
:* *bighug*