adek usia 4 hari |
Alhamdulillah … Puji syukur kami panjatkan kepada Allah
SWT atas anugerah tak ternilai yang diamanatkan kepada kami. Setelah 9 bulan
lebih 6 hari mengandungnya :’) #terharu
Sebenarnya sudah sejak lama pengin update blog lagi.
Sayangnya, koneksi internet sudah diputus sama kakak. Sedangkan mau beli modem
juga masih mikir, takutnya nanti di rumah gak ada signal. Saya trauma dulu
pernah punya modem pakai provider tertentu ternyata lemot abeeesss dan terkadang
malah gak ada signal sama sekali. Maklum, ehm … dusun.
Banyak banget yang pengin saya ceritain. Mulai dari
tendangan pertama janin hingga proses gimana akhirnya ia terlahir di dunia ini
dan berada dalam dekapan saya :’) sungguh tak terkira bahagianya.
Menginjak usia kandungan ke-sembilan bulan,
tendangan-tendangan mulai menguat. Rasanya si kecil sudah tak sabar untuk
terlahir di dunia. Hihihi, Ibu-Ayahnya sebenarnya yang tak sabar. Kesibukan
kerja masih saya jalani seperti biasa. Karena kalau cuman duduk-duduk,
istirahat, bengong di rumah, kaki malah pada bengkak. Jadi mending dibawa enjoy
buat kerja :D hingga pada hari Minggu (30/3/14) pagi saya mengeluarkan flek dan
setelahnya mengalami kontraksi. Mulai agak was-was juga karena kehamilan
pertama. Browsing-browsing ke internet, memang seperti itu persiapan tubuh
dalam menyambut persalinan. Tapi perasaan khawatir masih ada. Akhirnya,
Bapak-Ibu ngajak ke klinik bidan supaya jelas statusnya.
Pukul 10.00 pagi berangkat ke klinik bidan. Sayangnya Bu
Bidan yang dicari tidak ada. Adanya bidan (asisten). Ya sudah, dari pada balik.
Diperiksa sama bidan tersebut katanya, “tidak apa-apa. Itu ciri-ciri mau
melahirkan. Ditunggu saja karena baru bukaan satu.”
Saya coba cuek. Masih bantu pekerjaan rumah, masih mondar-mandir
ke pabrik, pokoknya kalau bisa jangan diem. Tapi kalau capek ya tetep
istirahat. Hehehe.
Malamnya, Minggu malam Senin, kontraksi makin sering. Tidur
pun terganggu. Tetep ngandalin info dari internet, saya coba jalan keliling
kamar—padahal kamar juga gak besar :D—mondar-mandir, ngurangi rasa tegang
punggung saat kontraksi.
Paginya, Senin (31/03/14), disuruh istirahat saja sama
Ibu. Tapi gak mau. Dibawa tidur atau duduk malah gak enak semua rasanya.
Jadinya tetep dipakai jalan-jalan mondar-mandir di rumah meski gak bantuin
pekerjaan rumah. Pas waktu kontraksi pasti keliatan, mukanya jadi aneh karena
nahan nyeri punggung :D Sorenya saya juga masih pergi ke pabrik. Hehe, dasarnya
gak bisa diem di rumah.
Senin malam, waktu tidur berkurang lagi. Kontraksi makin
sering. Mondar-mandir di kamar juga makin sering. Alhasil tidur setengah jam,
bangun seperempat jam. Begitu berulang, sampai pagi hari masih
terkantuk-kantuk.
Selasa (1/04/14) pagi, gegara kurang tidur, mata jadi gak
enak. Penginnya dibawa tidur. Tapi kontraksi dan punggung gak bisa diajak
kompromi. Pilih mandi pagi biar seger. Sebelum mandi, ternyata saya
mengeluarkan lendir dan darah cokelat. Saya lap pakai tisu. Berhubung
penasaran, saya bilang ke Ibu saya. Beliau bilang, “memang begitu. Itu tanda-tanda
mau melahirkan.” Oke! Saya mandi dengan perasaan masih was-was. Tapi saya
sadar, janin baik-baik saja karena saya masih merasakan tendangan-tendangan.
Siangnya saya coba untuk tidur karena mata sudah tidak
bisa diajak kompromi. Alhamdulillah, si dedek bisa diajak kompromi. Kontraksi
berkurang. Seneng? Lumayan :D soalnya sakitnya berkurang, hehe.
Seperti biasa pukul 08.00 malam saya sudah tiduran. Masih
merasakan kontraksi-kontraksi. Tapi masih dibawa enjoy. Mulai tiduran,
tiba-tiba kontraksi mulai menyerang. 10 menit tidur, 30 menit kontraksi. Aaaak
sakitnya gak kebayang waktu itu. Akhirnya gak kuat karena kontraksi makin
sering.
Akhirnya, tengah malem bangunin Ibu-Bapak minta tolong
diantrin ke klinik. Ibu ngajak Mbak Sis. Saya bangunin suami karena masih
tidur. Berhubung di rumah cuman ada Wulan, jadinya suami disuruh jaga rumah
saja. Nanti kalau memang lahiran dikabari dan nyusul ke klinik. Oke!
Sampai klinik diperiksi Bu Bidan, sudah bukaan 3. Rasanya
punggung kayak dipaku, tegang banget waktu kontraksi. Pukul 12, pukul 1, pukul
2, pukul 3 terlewati sangat lamaaaaaaaaa dan gak bisa tidur karena kontraksi
datang tiap 15 menit. Saya ditemani 3 bidan (asisten) waktu itu. Sekitar pukul
2 suami datang ke klinik.
Pukul 4 pagi (2/04/14) akhirnya diperiksa Bu Bidan lagi.
Sudah waktunya, tinggal nunggu sebentar lagi. Saya sudah tidak tahan lagi, akhirnya
saya dibolehin ngeden sama bu Bidannya. Kok ngeden? Iya, ngeden. Ngeden kayak
orang mau BAB. Akhirnya, setelah ngeden-ngeden hampir satu jam, tangisan itu
terdengar jugakkkkk :’)
Suasana haru datang tiba-tiba. Rasa sakit saat kontraksi
terbayar sudah. Bahagianya saat mendengar tangisan pertama si kecil gak ada
tandingannya. Subhanallah, rasanya amazing sangatttttt meskipun meninggalkan 6
jahitan di jalan lahir—lahiran normal :D
Alhamdulillah, atas izin Allah, lahir putra kami yang
pertama Naufal Kenzie Safaraz pukul 05.50 WIB, hari Rabu, 2 April 2014 dengan
berat 2,90 kg dan panjang 47 cm :’) Semoga kelak engkau menjadi putra sholeh seperti
namamu, Nak. Itu doa kami. Jadilah pemimpin baik yang dermawan dan terhormat.
Amin :’)
Tulisan ini saya persembahkan untuk buah hati saya yang
pertama. Ini untukmu, Nak. Jika kelak kamu dewasa, lantas kamu ingin tahu
bagaimana ibu melahirkanmu, dengan bangga ibu akan berkata, “Bukalah blog ibu
nak. Archive di bulan April 2014. Di sana ada tulisan tentang kelahiranmu.”
Begitu. Jadi ibu tak perlu berpanjang kali lebar hingga berbusa-busa untuk
menceritakan kisah ini kepadamu, Nak. Atau mungkin nanti cucu-cucu ibu ingin
juga membaca kisah ini? Ah, sungguh pede sekali ibumu ini, Nak :P
No comments:
Post a Comment