Rasa itu bernama rindu
Kenapa?
Bisa kamu rasakan hati para petani ketika musim kemarau?
Kenapa?
Bisa kamu rasakan keringnya tanah di musim kemarau menunggu musim penghujan?
Kenapa?
Bisa kamu rasakan penantian Ibu kepada anaknya?
Kenapa?
Sudah, tak usah bertanya lagi ...
Cukup aku saja dengan pengakuanku!
Selamat Datang
a simple person, a simple blog, but its'n a simple story :)
Menu
#FF2in1
anak
anak kedua
anak ketiga
anak lanang
anak pertama
babyboy
Babygirl
Bisnis
cernak (cerita anak)
cerpen
cinta
Curhat
Dongeng
download
Drakor
DramaKorea
ekspedisi
Ekspo Herbal
esei
fakta
feature
fiksi
FILM
FlashFiction
friendship
Humaniora
iseng
kehidupan
Kritisi berita
Kucing
Kuliner
love
LYK
mitos
Motivasi
NONFIKSI
Novel
orangtua
Ornamen Cinta
parenting
pasangan
pascamelahirkan
pendidikan
pengalaman
pengetahuan
pernikahan
puisi
Resensi
Review apa aja
rumah sakit
sahabat
sajak
sastra
Sim keliling
skripsweet
syair
UlangTahun
video
30 December 2012
15 December 2012
Selembar Kertas: Infak
Pagi hari agak sedikit ribut karena mendapatkan selembar kertas dari sebuah desa. Sebut saja desa A. Ya, hanya selembar kertas dan bisa menggegerkan dua keluarga plus gosip gosip dari warga desa tersebut. Selembat
kertas itu adalah ini:
Selembar kertas ini diberikan oleh seorang warga dari desa A tadi. Letak desa A memang tidak jauh dari desa saya. Jadi, ya (sedikit) wajar kalau inforehabilitasi
renovasi masjid ini sampai juga di tangan keluarga saya.
2. Infaq Rp. 2.000.000
Membaca infaq yang ada dibenak saya adalah sumbangan sesuai keikhlasan hati si pemberi. Saya bingung ketika membaca infaq sebesar 2 juta rupiah. Ini bentuknya sumbangan kan? Bukan kewajiban kan? Seikhlasnya kan? Karena saya pun awam mengenai hal ini, saya mencari arti kata infaq >> infak. Berikut artinya,
3. Seikhlasnya
Semakin lama, saya membaca selembar kertas itu saya semakin geram :D Gak konsisten. Dan kayaknya mengada-ada. Padahal, renovasi yang dilakukan memang benar adanya. Kalau di atas sudah disebutkan 2 juta rupiah, kenapa di situ ditulis lagi seikhlasnya? Aaaakkk, aneh! -.-
4. Ketua Hasil Musyawarah
Dan ini juga semakin membingungkan. Saya gak ngerti ini maunya gimana. Apakah yang dimaksud itu ketua tersebut dipilih berdasarkan hasil musyawarah, atau ketua tersebut dipilih berdasarkan hasil musyawarah dan tidak mengetahui bahwasanya dia telah terpilih menjadi ketua?
Yang namanya ketua, pastilah dirundingkan bersama-sama bukan? Atau setidaknya, apabila calon ketua mengajukan dirinya sendiri, ini tentu bukan hasil musyawarah. Melainkan pencalonan diri lalu disetujui oleh anggota.
5. Drs. H dan S. Pd
Dan yang terakhir ini membuat saya semakin galau dan WOW. Ketua dan sekretaris dijabat oleh seseorang yang memiliki pendidikan tinggi. Kalau di sana tertera tanda tangan sekretaris, otomatis sekretaris sudah membaca selembar kertas itu. Atau mungkin sekretaris tersebut tanda tangan sebelum tulisan tangan itu diisi?
Entahlah.
Sedikit menyarankan, untuk ketua yang namanya tertera dalam selembar kertas tersebut, yang menjadi penanggungjawab atas renovasi tersebut. Mohon diteliti ulang sebelum menyebarkan informasi pada selembar kertas itu. Kami bingung dan galau waktu membaca itu. Itu renovasi untuk tempat ibadah lhoh! Jangan sampai lah ada sesuatu yang tidak ikhlas di sana :)
Terima kasih.
Jika pembaca posting ini ada kritik, saran, dan sanggahan, SILAKAN ^^
Selembar kertas ini diberikan oleh seorang warga dari desa A tadi. Letak desa A memang tidak jauh dari desa saya. Jadi, ya (sedikit) wajar kalau info
Oke,
mengenai selembar kertas ini.
Selesai baca
selembar kertas tersebut saya langsung ngekek. Maaf, bukannya menghina atau
bagaimana ya. Tapi saya memang agak curiga dengan orang-orang di belakang
selembar kertas ini << jangan ditiru. Karena foto sudah saya edit, jadi
bisa dilihat sendiri apa-apa saja yang membuat saya curiga. Hmm bukan curiga,
lebih tepatnya ngekek :D
1. Rehabilitasi
Waktu baca rehabilitasi otak saya langsung mengarah ke orang kecanduan atau orang yang sedang dalam pemulihan keadaan, dan semacamnya. Kalau liat di KBBI online, rehabilitasi berarti
1 pemulihan kpd kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu (semula); 2 perbaikan anggota tubuh yg cacat dsb atas individu (msl pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yg berguna dan memiliki tempat dl masyarakat.Lebih cocok jika rehabilitasi tersebut diganti renovasi. Iya kan? Biar tidak terjadi salah paham. Saya menduga kalau pembuat selembar kertas itu memang orang Jawa tulen. Biasanya orang Jawa sering menggunakan kata rehab untuk menunjukkan bahwa tengah berlangsung pemugaran/renovasi. Padahal kalau dalam bahasa Indonesia tidak seperti itu maknanya.
2. Infaq Rp. 2.000.000
Membaca infaq yang ada dibenak saya adalah sumbangan sesuai keikhlasan hati si pemberi. Saya bingung ketika membaca infaq sebesar 2 juta rupiah. Ini bentuknya sumbangan kan? Bukan kewajiban kan? Seikhlasnya kan? Karena saya pun awam mengenai hal ini, saya mencari arti kata infaq >> infak. Berikut artinya,
pemberian (sumbangan) harta dsb (selain zakat wajib) untuk kebaikan; sedekah; nafkahHmm, agak gimana gitu sama selembar kertas itu -.-
3. Seikhlasnya
Semakin lama, saya membaca selembar kertas itu saya semakin geram :D Gak konsisten. Dan kayaknya mengada-ada. Padahal, renovasi yang dilakukan memang benar adanya. Kalau di atas sudah disebutkan 2 juta rupiah, kenapa di situ ditulis lagi seikhlasnya? Aaaakkk, aneh! -.-
4. Ketua Hasil Musyawarah
Dan ini juga semakin membingungkan. Saya gak ngerti ini maunya gimana. Apakah yang dimaksud itu ketua tersebut dipilih berdasarkan hasil musyawarah, atau ketua tersebut dipilih berdasarkan hasil musyawarah dan tidak mengetahui bahwasanya dia telah terpilih menjadi ketua?
Yang namanya ketua, pastilah dirundingkan bersama-sama bukan? Atau setidaknya, apabila calon ketua mengajukan dirinya sendiri, ini tentu bukan hasil musyawarah. Melainkan pencalonan diri lalu disetujui oleh anggota.
5. Drs. H dan S. Pd
Dan yang terakhir ini membuat saya semakin galau dan WOW. Ketua dan sekretaris dijabat oleh seseorang yang memiliki pendidikan tinggi. Kalau di sana tertera tanda tangan sekretaris, otomatis sekretaris sudah membaca selembar kertas itu. Atau mungkin sekretaris tersebut tanda tangan sebelum tulisan tangan itu diisi?
Entahlah.
Sedikit menyarankan, untuk ketua yang namanya tertera dalam selembar kertas tersebut, yang menjadi penanggungjawab atas renovasi tersebut. Mohon diteliti ulang sebelum menyebarkan informasi pada selembar kertas itu. Kami bingung dan galau waktu membaca itu. Itu renovasi untuk tempat ibadah lhoh! Jangan sampai lah ada sesuatu yang tidak ikhlas di sana :)
Terima kasih.
Jika pembaca posting ini ada kritik, saran, dan sanggahan, SILAKAN ^^
04 December 2012
Pemilihan Kades
Hujan ini
membawaku mengalun ke beberapa hari yang lalu ketika pilkades berlangsung. Aku
belum cerita bukan mengenai hasil dari pilkades itu.
“Memang
penting?” tanyamu pasti.
“Tentu saja
penting!” kataku tegas.
“Kenapa
penting?” tanyamu lagi.
Dan berulang,
aku menjawab pertanyaanmu, “karena aku akan banyak bercerita di sini. Banyak
bercerita mengenai hal-hal yang tentu saja baru bagiku.”
Lantas kamu
terdiam dan aku terus bercerita.
Aku mulai
ceritaku.
Pilkades
kemarin menghadirkan dua calon dengan simbol gambar kelapa dan jagung. Aku
sendiri tentu saja memilih salah satu dari salah dua pilihan tersebut. Jika pihak kelapa aku sebut sebagai penguasa
dukuh Barat, aku menyebut pihak
jagung sebagai penguasa dukuh Timur. Dan desa aku tinggali bernama desa Barat-Timur (BT)
Masing-masing calon beserta tim suksesnya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaring dan mendata siapa saja kiranya yang akan masuk menjadi pemilih tetap. Di BT, kami menyebutnya SABET. Sabet inilah yang menjadi tim sukses dan kadang merangkap menjadi penyandang dana. Sabet ini akan mencari BITING (calong pemilih tetap) untuk dijadikan sasaran.
Hmmm… pernah
mendengar adanya “amplop” sebagai tanda ucapan terima kasih karena telah
memilih calon kades? Iya, amplop ini ternyata dibagikan secara nyata. Tidak lagi sembunyi-sembunyi atau melalui jalur belakang. Aku sendiri tak mengira bahwa ternyata antara calon pemimpin dan rakyatnya saling mendukung untuk berbuat tidak baik.
Jumlah nominal di dalam amplop juga mempengaruhi besar minat calon pemilih untuk memilih calon kades. Semakin tingga nominal, semakin tinggi hasrat calon pemilih untuk menjadi pemilih tetap. Kecuali orang-orang terdekat calon kades. Biasanya mereka akan dengan sukarela memilih calon kades tersebut.
Sebenarnya aku tak terlalu heran dengan istilah "amplop" ini. Sudah biasa bagiku yang hidup di tengah-tengah kepalsuan keadilan. Yang aku herankan adalah bukti dari kesanggupan mereka untuk memilih calon kades ketika pemilihan berlangsung. Tau apa yang mereka perbuat? Mereka memotret kertas yang digunakan untuk memilih dengan coblosan pada gambar tertentu. Inilah bukti yang mereka maksud. Bukti bahwa mereka benar-benar telah menerima amplop dan menyanggupi untuk memilih calon kades tersebut.
Waktu aku di dalam bilik pemilih, aku tak habis pikir akan masalah ini. Bahkan aku tak pernah berpikir mengabadikan moment pencoblosan itu. Aku baru mengetahui ini beberapa hari setelah merebak kabar banyak pemilih yang ingkar. Iya, ingkar menjadi biting.
"Sudah selesai ceritanya?" tanyamu memotong ceritaku.
Aku langsung tergagap, "apa kamu bosan?"
"Tidak. Hanya saja, mungkin kamu perlu menyembunyikan permasalahan yang kamu ceritakan tadi itu," katanya tegas membuatku bingung.
"Ada yang salah dengan ceritaku? Apa kamu tidak suka?"
"Bukan begitu. Aku hanya tak ingin jika suatu saat nanti aku menemuimu di bui."
Tak ada lagi ucap. Tak ada lagi kata. Semua ceritaku berakhir dalam kepalsuan.
Sebenarnya aku tak terlalu heran dengan istilah "amplop" ini. Sudah biasa bagiku yang hidup di tengah-tengah kepalsuan keadilan. Yang aku herankan adalah bukti dari kesanggupan mereka untuk memilih calon kades ketika pemilihan berlangsung. Tau apa yang mereka perbuat? Mereka memotret kertas yang digunakan untuk memilih dengan coblosan pada gambar tertentu. Inilah bukti yang mereka maksud. Bukti bahwa mereka benar-benar telah menerima amplop dan menyanggupi untuk memilih calon kades tersebut.
Waktu aku di dalam bilik pemilih, aku tak habis pikir akan masalah ini. Bahkan aku tak pernah berpikir mengabadikan moment pencoblosan itu. Aku baru mengetahui ini beberapa hari setelah merebak kabar banyak pemilih yang ingkar. Iya, ingkar menjadi biting.
"Sudah selesai ceritanya?" tanyamu memotong ceritaku.
Aku langsung tergagap, "apa kamu bosan?"
"Tidak. Hanya saja, mungkin kamu perlu menyembunyikan permasalahan yang kamu ceritakan tadi itu," katanya tegas membuatku bingung.
"Ada yang salah dengan ceritaku? Apa kamu tidak suka?"
"Bukan begitu. Aku hanya tak ingin jika suatu saat nanti aku menemuimu di bui."
Tak ada lagi ucap. Tak ada lagi kata. Semua ceritaku berakhir dalam kepalsuan.
Subscribe to:
Posts (Atom)