hasil minjem |
Akhirnya, saya sudah membaca buku ini ^^
Buku-buku Dee memang selalu membuat saya “terenyuh”. Entah bagaimana caranya, saya suka gaya bercerita Dee yang saya rasa begini: lhoh-tiba-tiba-sudah-ending?, masih-kurang, saya-ketagihan—walaupun ceritanya berlemba-lembar, saya ngerasa ceritanya itu hanya sedikit. Saya kerasan membaca cerita Dee, dan itu berakibat pada kehausan saya akan karya Dee. Kayak Perahu Kertas, saya menyelesaikannya dalam semalam. Karena gak rela ceritanya terputus *ini lebay.
Langsung saja!
Madre. Saya memang penasaran dengan kata itu. Terlebih lagi dalam cerita pertama berkisah tentang “Madre”. Dan Madre diperlakukan seperti manusia. ‘Apa-apaan ini?’ hanya itu yang terlontar dari mulut saya. Hingga akhirnya, saya menemukan pencerahan atas Madre.
“Saya cari di Google, kata ‘Madre’ itu ternyata berasal dari bahasa Spanyol, artinya ‘Ibu’. Madre, Sang Adonan Biang, lahir sebelum ibu kandung saya. Dan dia bahkan sanggup hidup lebih panjang dari penciptanya.” (Dee, 2011:19)Nah, itu dia. Madre adalah ibu, atau dalam kisah Madre, disebut sebagai biang. Biang apa? Adonan Biang. Adonan apa? adonan roti. Bagaimana bisa? *plak! Tanya muluuu deh. Baca sendiri ceritanya :p
Buku Madre terdiri dari 13 kisah, yang terdiri dari tujuh puisi, dan enam prosa. Dari kata pengantarnya, kumpulan kisah Dee ini dikumpulkan dari karya-karya lima tahun ini. Keren yah!
Sedikit bocoran, saya kutipkan juga sinopsis dari lembar terakhir buku Madre.
“Untaian kisah apik ini menyuguhkan berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.”Penasaran? Silakan dibaca. Saya harap, Anda tidak menyesal setelah membacanya ^^
Keep reading!
Dee (Dewi Lestari). 2011. Madre. Yogyakarta: Bentang. Cetakan kedua.
No comments:
Post a Comment