Yap, itu adalah judul sebuah novel karya Eka Kurniawan. Saya pinjem ya mas, buat judul posting. Tapi maaf, saya tidak akan membahasa tentang novel tersebut. Baca aja belum :D
Setiap perempuan menginginkan dirinya selalu tampil cantik, tak terkecuali saya pribadi. Tapi bahwasanya semua perempuan itu pada dasarnya cantik memang benar adanya. Tidak ada perempuan tak cantik di dunia ini. Yang ada hanya perempuan baik, dan tidak baik *pinjem kata-kata ibunya Khan, dalam film My Name is Khan*.
Lalu bagaimana dengan pandangan orang lain akan hal ini?
Itulah masalahnya. Manusia telah dicekoki kebudayaan tentang perempuan yang cantik sewajarnya. Sewajarnya dalam tanda kutip. Artinya, kata wajar di sini adalah wajar menurut pandangan dan trend kecantikan pada waktu tersebut.
Ini ketika saya ultah dan dikerjai untuk dandan |
Lalu, ketika masuk di tahun 2000-an, banyak model bermunculan dan terkenal di Indonesia. Representasi cantik berubah lagi. Cantik itu adalah kurus-tinggi, kaki jenjang, tidak semok, rambut kecokelatan, dan (maaf) dada yang pas-pasan dan atau rata. Deskripsi ini dapat dilihat pada sosok model cantik Chaterin Wilson, atau Davina.
Jika ditilik dari mode di atas, maka saya dikatakan cantik pada tahun 50-an :D
Lalu, bagaimanakah representatif cantik pada saat ini?
Hmmm, bagaimana menurut Anda?
Jika mau mengikuti trend yang ada pada saat ini, yang mengakibatkan "cantik sebagai sudut pandang bisnis" maka tidak akan ada habisnya.
Tapi saya akui, untuk menjadi cantik bukanlah hal yang mudah. Butuh pengorbanan. Pengorbanan tenaga, waktu, dan tentu saja uang.
Tahu, bagaimana rasanya memakai hight-heel? Terlebih lagi stiletto?
Tahu, bagaimana gerahnya memakai jilbab yang dobel-dobel seperti trend sekarang ini?
Tahu, bagaimana seorang perempuan harus santun dalam bersikap misalnya ketika makan, padahal perutnya sudah lapar level dewa?
Tahu, bagaimana seorang perempuan harus berdandan agar terlihat cantik selama berjam-jam?
Hmmm.... Saya aja yang melihatnya pun capek. *janjane saya ini cewek apa bukan? :D*
Ya, tapi begitulah.
Menjadi cantik untuk memenuhi pasar (standar masyarakat) itu susah. Tak semudah membalikkan telapak kaki. Saya masih ingat petuah dari Bapak Mario Teguh Golden Wish: (intinya begini)
Jadilah perempuan yang seperti ANGSA. Ia terlihat cantik di atas permukaan air, padahal kakinya terus bekerja agar dapat mengambang.
APa yang bisa saya petik dari uraian panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume ini?
JADILAH DIRIMU SENDIRI.
Cantik itu kebutuhan pasar. Tampilkan dirimu seperti ANGSA. DIA hanya butuh kerja kerasnya sendiri untuk terlihat cantik.
INNER BEAUTY adalah CANTIK yang paling sempurna. Banyak perempuan (tampil) cantik di pasar, tapi tak cantik secara INNER BEAUTY.
PERCAYA DIRI itu PERLU. TERLALU PERCAYA DIRI itu SOMBONG.
Salam cantik!
NB:
Terinspirasi dari esei punya Andre Syahreza yang berjudul "Revolusi Kecantikan" dalam buku The Innocent Rebel: Sisi Aneh Orang Jakarta.
4 comments:
hahaha.. memang segala sesuatu butuh pengorbanan, tak hnya untuk menjadi cantik. bahkan menjadi diri sendiri jg butuh pengorbanan, klo g sanggup jd diri sendiri bisa jd tambah frustasi dg komentar org2 yang tak berT.jawab... apa lagi klo diri kita ini orng yang pas-pasan.. emng mw loncat ke dalam sumur blakang rumah?? hidup itu cman sekali, perlu diprjuangkan tanpa KESIAAN sedikitpun. be nice prson..! salam senyuman,, :)
saya setuju, HAr :D
salam senyum cantik juga dari saya :)
Aku gatau deh cantik jaman taun berapa, hahaha.
Nice post mbak. Cantik butuh pengorbanan... salam kenal. :)
hihi.. hmm, tahun berapa ya dikau?? :D
Salam kena juga, Sitti :) *segera meluncur ke blogmu*
Post a Comment