Adakah yang pernah mendengar atau membaca judul posting di atas?
Yap, itu adalah judul sebuah
novel karya Eka Kurniawan. Saya pinjem ya mas, buat judul posting. Tapi maaf, saya tidak akan membahasa tentang novel tersebut. Baca aja belum :D
Setiap perempuan menginginkan dirinya selalu tampil cantik, tak terkecuali saya pribadi. Tapi bahwasanya semua perempuan itu pada dasarnya cantik memang benar adanya. Tidak ada perempuan tak cantik di dunia ini.
Yang ada hanya perempuan baik, dan tidak baik *pinjem kata-kata ibunya Khan, dalam film My Name is Khan*.
Lalu bagaimana dengan pandangan orang lain akan hal ini?
Itulah masalahnya. Manusia telah dicekoki kebudayaan tentang perempuan yang cantik sewajarnya. Sewajarnya dalam tanda kutip. Artinya, kata wajar di sini adalah wajar menurut pandangan dan trend kecantikan pada waktu tersebut.
|
Ini ketika saya ultah dan dikerjai untuk dandan |
Misalnya, pada
tahun 50-an, perempuan yang dianggap cantik pada waktu itu adalah perempuan yang bersanggul, yang bahenol (gemuk), berkebaya. Bayangan saya yang terlihat untuk mendeskripsikan cantik ini adalah Mrs. Waljinah. Yak! Beliau adalah penyanyi keroncong yang sangat disukai oleh alm. Simbah saya.
Lalu, ketika masuk di
tahun 2000-an, banyak model bermunculan dan terkenal di Indonesia. Representasi cantik berubah lagi. Cantik itu adalah kurus-tinggi, kaki jenjang, tidak semok, rambut kecokelatan, dan (maaf) dada yang pas-pasan dan atau rata. Deskripsi ini dapat dilihat pada sosok model cantik Chaterin Wilson, atau Davina.
Jika ditilik dari mode di atas, maka
saya dikatakan cantik pada tahun 50-an :D