Aku merasa berdosa jika aku tak bisa mewujudkan janjiku. Bukankah itu juga merupakan harapanmu. Mana mungkin aku bisa menolak harapanmu. Di hati ini sudah terpatri bahwa aku akan selalu membahagiakanmu, entah bagaimana caranya. Bahwa aku akan selalu memenuhi permintaanmu, entah berapa lama waktu yang aku butuhkan. Aku akan berusaha untuk mewujudkannya. Demi kebahagiaanmu. Demi senyum yang akan engkau sunggingkan untukku.
Lihat, ini! Aku membawakanmu melodi warna elok negara China. Aku mulai dari sini. Ini adalah tembok raksasa China. Panjangnya lebih dari dari 8000 km. Luar biasa bukan.
Oh ya, aku lupa. Mungkin lebih baik kita mulai dari negara kita sendiri. Oke! Ini Candi Borobudur. Candi ini dibangun sekitar abad ke-8. Ah, kamu menguap. Apa kamu mengantuk? Aku baru menceritakan dua melodi warna. Masih ada melodi-melodi warna yang lain yang perlu kamu lihat.
***
Ibunya melengos. Dalam hatinya dia sangat terharu karena anak satu-satunya telah membawakan postcard dengan berbagai gambar ke hadapannya. Meskipun dia pernah menjanjikan akan memberikan foto dengan pose dirinya di dalamnya, postcard ini sudah cukup membuatnya sangat bahagia. Ia tak perlu melihat foto anaknya dengan latar belakang luar negeri. Kegigihannya untuk membahagiakan Ibu sudah dirasa sudah cukup. "Tak perlu kau bawakan ibu fotomu, Nak atau postcard-postcard ini. Cukup kamu di samping Ibu, menemani Ibu. Ibu sudah sangat bahagia. Maafkan ibu, Nak. Karena ibu struk, kamu hanya bisa tertahan di sini."