Sungguh ingin kuurai rasa rindu ini seperti amoeba mengurai bahan organik
Lautan rindu telah menjadikan gelombang besar nan kuat sehingga tanggul pun tak bisa menahannya lagi
Telah lelah oleh ku mengungkap hasrat rindu yang tersimpan di dada, hanya dengan lewat kata-kata
Seperti gunung berapi yang ingin menyemburkan laharnya, begitu pun denganku. Rindu itu telah membeludak seperti lahar yang panas
Aku ingin menemuimu, menatap kedua matamu, agar kamu bisa merasakan pancaran rindu yang tersirat dari tetesan air mataku
11 Juli 2010, 01:03 pm
Pernah mejeng di Kaskus
Selamat Datang
a simple person, a simple blog, but its'n a simple story :)
Menu
#FF2in1
anak
anak kedua
anak ketiga
anak lanang
anak pertama
babyboy
Babygirl
Bisnis
cernak (cerita anak)
cerpen
cinta
Curhat
Dongeng
download
Drakor
DramaKorea
ekspedisi
Ekspo Herbal
esei
fakta
feature
fiksi
FILM
FlashFiction
friendship
Humaniora
iseng
kehidupan
Kritisi berita
Kucing
Kuliner
love
LYK
mitos
Motivasi
NONFIKSI
Novel
orangtua
Ornamen Cinta
parenting
pasangan
pascamelahirkan
pendidikan
pengalaman
pengetahuan
pernikahan
puisi
Resensi
Review apa aja
rumah sakit
sahabat
sajak
sastra
Sim keliling
skripsweet
syair
UlangTahun
video
29 July 2010
Aku, Kamu, Kita
(dalam cinta)
aku menghormatimu ketika orang lain mencemoohmu
aku hadir di saat kamu terluka, dan kamu hadir di saat aku membutuhkan cinta
aku dibohongi dan kamu dikhianati
aku, kamu
biarkan kubersandar di pundakmu
dan aku akan berkisah tentang diriku
kamu, aku
beristirahatlah di pangkuanku
dan aku akan selalu setia menungguimu
kita...
selalu bersama dalam asa
selalu bersama dalam cita
semoga selamanya
28 July 2010
ANAK SETAN
Aku masih tetap berjalan meskipun mendung senantiasa menenggelamkan angan yang melambung. Aku masih tetap bermimpi meskipun hanya menjadi sebuah bualan orang-orang syirik yang tak berhati. Ya, aku akan tetap bertahan meskipun masih bisa kudengar teriakan manja kucing jalang sialan. Kucing jalang yang telah membawaku ke alam fana, yang telah memberiku kehidupan yang tak pernah terduga.
“Anak Setan! Ngapain di situ, nguping?” katanya berlalu dengan kibasan muka membelakangiku. Aku yang masih terduduk di samping kamar hanya memandang perempuan yang masih kelihatan sangat muda itu. Dengan balutan lisptik merah yang telah memudar, perempuan itu kembali mengambil cermin dan menambahkan beberapa poles lipstik merah kesayangannya. Aku masih tetap terduduk, terdiam, dan tak mengerti dengan semua tingkahnya, juga dengan semua sebutan-sebutan yang sering ia tujukan untukku. Akan tetapi, aku juga punya sebutan untuknya. Aku senang menyebutnya mama Setan tetapi teman-teman, kenalan-kenalan, dan semua yang mengenal mama Setan memanggilnya hanya dengan sebutan mama. Menurutku, mama senang dengan sebutan yang aku berikan. Awalnya, aku hanya iseng memanggilnya dengan sebutan mama Setan karena aku sering dipanggil anak Setan. Dan terbukti, aku langsung dipanggilnya dengan anak Setan berkali-kali.
Subscribe to:
Posts (Atom)